Disusun oleh :
MEGANTORO
MAHASISWA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar memerlukan upaya dan ketekunan. Seseorang
dikatakan belajar apabila mereka siap keluar dari zone nyaman dan siap
menghadapi resiko. Agar mereka merasa tertarik untuk keluar dari zone nyaman
sekaligus meghadapi resiko tersebut, diperlukan pembelajaran yang menantang
mereka dalam belajar. Belajar tidak harus terpaku pada guru atau buku-buku
sebagai sumber belajar, kita juga dapat memanfaatkan teknologi yang ada pada
zaman sekarang ini.
Fokus dalam
masalah pembelajaran, memang peran pendidik dan peserta pendidik menjadi
pokok subyek yang penting. Dalam pembelajaran pendidik harus mampu memberikan,
melayani, dan membimbing peserta pendidik agar mereka mampu mengubah dirinya
menuju suatu pencapaian kedewasan. Namun, semakin berkembangnya pendidikan
dalam bidang teknologi kita juga dapat memanfaatkan berbagai media teknologi
yang dapat dijadikan sebagai model pesan dalam pembelajaran.
Dari tahun ke tahun perkembangan tekhnologi maju
dengan pesatnya, dan hal ini memudahkan kita dalam mengakses sagala macam
informasi. Dalam kehidupan sehari-sehari kita membutuhkan begitu banyak
informasi, baik informasi dalam bidang sosial, ekonomi, politik, ilmu
pengetahuan, pendidikan. Dalam bidang pendidikan manusia dapat memanfaatkan TV
(televisi) sebagai cara untuk melakukan pesan pembelajaran yang berbasis
teknologi.
B. Tujuan
1.
Meningkatkan
kualitas pengetahuan di bidang media televisi.
2.
Memberikan
arahan positif dalam acara televisi.
3.
Meningkatkan
pembelajaran supaya lebih aktif.
4.
Meningkatkan
kemampuan mendengar serta melihat dalam pembelajaran.
5.
Untuk
mengetahui sejauh mana perhatian orang terhadap televisi pendidikan.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi rekan-rekan semua dalam
pembelajaran, khususnya dalam pembelajarn menggunakan media audio visual atau
televisi. Selain itu juga untuk memberikan manfaat yang lebih dalam
pembelajaran melalui televisi, yaitu dengan belajar sambil bermain dan belajar
sambil berekspresi.
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN TELEVISI
Televisi berasal dari kata tele dan visie, tele
artinya jauh dan visie artinya penglihatan, jadi televisi adalah penglihatan
jarak jauh atau penyiaran gambar-gambar melalui gelombang radio. Televisi sama
halnya dengan media massa lainnya yang mudah kita jumpai dan dimiliki oleh
manusia dimana-mana, seperti media massa surat kabar, radio, atau komputer.
Televisi sebagai sarana penghubung yang dapat memancarkan rekaman dari stasiun
pemancar televisi kepada para penonton atau pemirsanya di rumah,
rekaman-rekaman tersebut dapat berupa pendidikan, berita, hiburan, dan
lain-lain.
Yang dimaksud dengan televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel (Arsyad, 2002: 50). Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkonversikannya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar.
Yang dimaksud dengan televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel (Arsyad, 2002: 50). Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkonversikannya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar.
Televisi adalah sistem adalah elektronik yang
mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau
ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara kedalam
gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali kedalam cahaya yang dapat
dilihat dan suara yang dapat didengar. Dewasa ini televisi yang dimanfaatkan
untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat dijangkau melalui siaran dari
udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit.
Televisi pendidikan adalah penggunaan program
video yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat
siapa yang menyiarkan. Televisi pendidikan tidak sekedar menghibur tetapi yang
lebih penting adalah mendidik.
Oleh karena itu, memiliki ciri-ciri tersendiri,
antara lain yaitu :
1. Dituntun oleh instruktur-seorang guru atau instruktur menuntun siswa melalui pengalaman-pengalaman siswa.
2. Sistematis-siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan tujuan dan pengalaman belajar yang terencana.
3. Teratur dan berurutan-siaran disajikan dengan selang waktu yang beraturan secara berurutan dimana satu siaran dibangun atau mendasari siaran lainnya, dan
4. Terpadu- siaran berkaitan dengan pengalaman belajar lainnya seperti latihan, membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis, dan pemecahan masalah.
1. Dituntun oleh instruktur-seorang guru atau instruktur menuntun siswa melalui pengalaman-pengalaman siswa.
2. Sistematis-siaran berkaitan dengan mata pelajaran dan silabus dengan tujuan dan pengalaman belajar yang terencana.
3. Teratur dan berurutan-siaran disajikan dengan selang waktu yang beraturan secara berurutan dimana satu siaran dibangun atau mendasari siaran lainnya, dan
4. Terpadu- siaran berkaitan dengan pengalaman belajar lainnya seperti latihan, membaca, diskusi, laboratorium, percobaan, menulis, dan pemecahan masalah.
B. TUJUAN DAN FUNGSI
TELEVISI
a. Tujuan
Sesuai dengan undang-undang penyiaran nomor 24
tahun 1997, BAB II pasal 4, bahwa penyiaran bertujuan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan sikap mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dan
membangun masyarakat adil dan makmur.
Jadi sangat jelas tujuan secara umum adanya
televisi di Indonesia sudah diatur dalam undang-undang penyiaran ini. Sedangkan
tujuan secara khususnya dimiliki oleh stasiun televisi yang bersangkutan,
contohnya TVRI “Menjalin Persatuan dan Kesatuan”. Dari uraian di atas dapat
mengklarifikasikan mengenai tujuan secara umum adanya televisi atau penyiaran
di Indonesia, adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan dan mengembangkan mental masyarakat Indonesia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan
3. Mengembangkan masyarakat adil dan makmur
1. Menumbuhkan dan mengembangkan mental masyarakat Indonesia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan
3. Mengembangkan masyarakat adil dan makmur
b. Fungsi
Pada dasarnya televisi sebagai alat atau media
massa elektronik yang dipergunakan oleh pemilik atau pemanfaat untuk memperoleh
sejumlah informasi, hiburan, pendidikan dan sebagainya. Sesuai dengan
undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB II pasal 5 berbunyi “Penyiaran
mempunyai fungsi sebagai media informasi dan penerangan, pendidikan dan
hiburan, yang memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta
pertahanan dan keamanan.”
Banyak acara yang disajikan oleh stasiun televisi di antaranya, mengenai sajian kebudayaan bangsa Indonesia, sehingga hal ini dapat menarik minat penontonnya untuk lebih mencintai kebudayaan bangsa sendiri, sebagai salah satu warisan bangsa yang perlu dilestarikan.
Banyak acara yang disajikan oleh stasiun televisi di antaranya, mengenai sajian kebudayaan bangsa Indonesia, sehingga hal ini dapat menarik minat penontonnya untuk lebih mencintai kebudayaan bangsa sendiri, sebagai salah satu warisan bangsa yang perlu dilestarikan.
Dari uraian tersebut mengenai fungsi televisi
secara umum menurut undang-undang penyiaran, dapat kita deskripsikan bahwa
fungsi televisi sangat baik karena memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Media informasi dan penerangan
2. Media pendidikan dan hiburan
3. Media untuk memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya
4. Media pertahanan dan keamanan
2. Media pendidikan dan hiburan
3. Media untuk memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya
4. Media pertahanan dan keamanan
C. MANFAAT DAN MUDARAT
TELEVISI
a. Manfaat Televisi
Televisi memang tidak dapat difungsikan mempunyai
manfaat dan unsur positif yang berguna bagi pemirsanya, baik manfaat yang
bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor. Namun tergantung pada acara yang
ditayangkan televisi
Manfaat yang bersifat kognitif adalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau informasi dan keterampilan. Acara-acara yang bersifat kognitif di antaranya berita, dialog, wawancara dan sebagainya. Manfaat yang kedua adalah manfaat afektif, yakni yang berkaitan dengan sikap dan emosi. Acara-acara yang biasanya memunculkan manfaat afektif ini adalah acara-acara yang mendorong pada pemirsa agar memiliki kepekaan sosial, kepedulian sesama manusia dan sebagainya. Adapun manfaat yang ketiga adalah manfaat yang bersifat psikomotor, yaitu berkaitan dengan tindakan dan perilaku yang positif. Acara ini dapat kita lihat dari film, sinetron, drama dan acara-acara yang lainnya dengan syarat semuanya itu tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada di Indonesia ataupun merusak akhlak pada anak.
Televisi menarik minat baik terhadap orang dewasa khususnya pada anak-anak yang senang melihat televisi karena tayangan atau acara-acaranya yang menarik dan cara penyajiannya yang menyenangkan.
Manfaat yang bersifat kognitif adalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau informasi dan keterampilan. Acara-acara yang bersifat kognitif di antaranya berita, dialog, wawancara dan sebagainya. Manfaat yang kedua adalah manfaat afektif, yakni yang berkaitan dengan sikap dan emosi. Acara-acara yang biasanya memunculkan manfaat afektif ini adalah acara-acara yang mendorong pada pemirsa agar memiliki kepekaan sosial, kepedulian sesama manusia dan sebagainya. Adapun manfaat yang ketiga adalah manfaat yang bersifat psikomotor, yaitu berkaitan dengan tindakan dan perilaku yang positif. Acara ini dapat kita lihat dari film, sinetron, drama dan acara-acara yang lainnya dengan syarat semuanya itu tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada di Indonesia ataupun merusak akhlak pada anak.
Televisi menarik minat baik terhadap orang dewasa khususnya pada anak-anak yang senang melihat televisi karena tayangan atau acara-acaranya yang menarik dan cara penyajiannya yang menyenangkan.
b. Mudarat Televisi
Kemudaratan yang dimunculkan televisi memang tidak
sedikit, baik yang disebabkan karena terapan kesannya, maupun kehadirannya
sebagai media fisik terutama bagi pengguna televisi tanpa dibarengi dengan
sikap selektif dalam memilih berbagai acara yang disajikan. Dalam konteks
semacam ini maka kita dapat melihat beberapa kemudaratan itu sebagai berikut:
1. Menyia-nyiakan waktu dan umur.
Mengingat waktu itu terbatas, juga umur kita, maka menonton televisi dapat dikategorikan menyia-nyiakan waktu dan umur, bila acara yang ditontonnya terus menerus bersifat hiburan di dalamnya (ditinjau secara hakiki) merusak aqidah kita ini mesti disadari karena kita diciptakan bukan untuk hiburan tapi justru untuk beribadah.
1. Menyia-nyiakan waktu dan umur.
Mengingat waktu itu terbatas, juga umur kita, maka menonton televisi dapat dikategorikan menyia-nyiakan waktu dan umur, bila acara yang ditontonnya terus menerus bersifat hiburan di dalamnya (ditinjau secara hakiki) merusak aqidah kita ini mesti disadari karena kita diciptakan bukan untuk hiburan tapi justru untuk beribadah.
2. Melalaikan tugas dan kewajiban.
Kenyataan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, juga sudah menunjukan dengan jelas dan tegas bahwa menonton televisi dengan acaranya yang memikat dan menarik sering kali membawa kita pada kelalaian. Televisi bukan hanya membuat kita terbius oleh acaranya, namun pula menyeret kita dalam kelalaian tugas dan kewajiban kita sehari-hari. Misalnya banyak orang yang malas untuk sholat ke mesjid karena mereka terbius oleh acara atau tayangan televisi.
3. Menumbuhkan sikap hidup konsumtif
Ajaran sikap dan pola konsumtif biasanya terkemas dalam bentuk iklan dimana banyak iklan yang berpenampilan buruk yang sama sekali tidak mendidik masyarakat ke arah yang lebih baik dan positif.
4. Mengganggu kesehatan
Terlalu sering dan terlalu lama memaku diri di hadapan televisi untuk menikmati berbagai macam acara yang ditayangkan cepat atau lambat akan menimbulkan gangguan kesehatan pada pemirsa. Misalnya kesehatan mata baik yang disebabkan karena radiasi yang bersumber dari layar televisi maupun yang disebabkan karena kepenatan atau kelelahan akibat nonton terus menerus.
5. Alat transportasi kejahatan dan kebejatan moral
Sudah merupakan fitrah, bahwa manusia memiliki sifat meniru, sehingga manusia yang satu akan meniru cenderung untuk mengikuti manusia yang lain, baik dalam sifat, sikap maupun tindakannya. Dalam hal adanya berbagai sajian program dan acara yang disiarkan di televisi misalnya, film, sinetron, musik, drama dan lain sebagainya yang paling dikhawatirkan adalah jika tontonan tersebut merupakan adegan dari kebejatan moral contohnya, pembunuhan, pemerkosaan, pornografi yang tentu saja sedikit atau banyak akan ditiru oleh para pemirsa sesuai fitrahnya’
6. Memutuskan silaturahmi
Dengan kehadiran televisi di hampir setiap rumah tangga, banyak orang yang merasa cukup memiliki teman atau sahabat yang setia, melalui kenikmatan yang didapat dari berbagai acara televisi yang disajikan di tempat tinggalnya. Akibatnya mereka tidak lagi merasa membutuhkan teman, kawan, sahabat untuk misalnya; saling berbagi suka dan duka, saling bertukar pikiran dan berbagai keperluan lainnya sebagaimana layaknya hidup dan kehidupan suatu masyarakat yang islami.
7. Mempengaruhi dan menurunkan prestasi belajar murid
Dalam hal penyebab kemunduran prestasi belajar murid generasi muda dewasa ini, indikasinya adalah kehadiran televisi di tempat tinggal mereka. Lantaran berbagai macam acara hiburan yang ditayangkan dalam televisi yang memikat dan menggiurkan para pelajar. Ternyata mampu memporakporandakan jadwal waktu belajar mereka untuk disiplin waktu belajar, karena mereka sudah terbius oleh pengaruh hingar bingar dan kenikmatan yang ditawarkan oleh berbagai macam hiburan televisi.
Kenyataan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, juga sudah menunjukan dengan jelas dan tegas bahwa menonton televisi dengan acaranya yang memikat dan menarik sering kali membawa kita pada kelalaian. Televisi bukan hanya membuat kita terbius oleh acaranya, namun pula menyeret kita dalam kelalaian tugas dan kewajiban kita sehari-hari. Misalnya banyak orang yang malas untuk sholat ke mesjid karena mereka terbius oleh acara atau tayangan televisi.
3. Menumbuhkan sikap hidup konsumtif
Ajaran sikap dan pola konsumtif biasanya terkemas dalam bentuk iklan dimana banyak iklan yang berpenampilan buruk yang sama sekali tidak mendidik masyarakat ke arah yang lebih baik dan positif.
4. Mengganggu kesehatan
Terlalu sering dan terlalu lama memaku diri di hadapan televisi untuk menikmati berbagai macam acara yang ditayangkan cepat atau lambat akan menimbulkan gangguan kesehatan pada pemirsa. Misalnya kesehatan mata baik yang disebabkan karena radiasi yang bersumber dari layar televisi maupun yang disebabkan karena kepenatan atau kelelahan akibat nonton terus menerus.
5. Alat transportasi kejahatan dan kebejatan moral
Sudah merupakan fitrah, bahwa manusia memiliki sifat meniru, sehingga manusia yang satu akan meniru cenderung untuk mengikuti manusia yang lain, baik dalam sifat, sikap maupun tindakannya. Dalam hal adanya berbagai sajian program dan acara yang disiarkan di televisi misalnya, film, sinetron, musik, drama dan lain sebagainya yang paling dikhawatirkan adalah jika tontonan tersebut merupakan adegan dari kebejatan moral contohnya, pembunuhan, pemerkosaan, pornografi yang tentu saja sedikit atau banyak akan ditiru oleh para pemirsa sesuai fitrahnya’
6. Memutuskan silaturahmi
Dengan kehadiran televisi di hampir setiap rumah tangga, banyak orang yang merasa cukup memiliki teman atau sahabat yang setia, melalui kenikmatan yang didapat dari berbagai acara televisi yang disajikan di tempat tinggalnya. Akibatnya mereka tidak lagi merasa membutuhkan teman, kawan, sahabat untuk misalnya; saling berbagi suka dan duka, saling bertukar pikiran dan berbagai keperluan lainnya sebagaimana layaknya hidup dan kehidupan suatu masyarakat yang islami.
7. Mempengaruhi dan menurunkan prestasi belajar murid
Dalam hal penyebab kemunduran prestasi belajar murid generasi muda dewasa ini, indikasinya adalah kehadiran televisi di tempat tinggal mereka. Lantaran berbagai macam acara hiburan yang ditayangkan dalam televisi yang memikat dan menggiurkan para pelajar. Ternyata mampu memporakporandakan jadwal waktu belajar mereka untuk disiplin waktu belajar, karena mereka sudah terbius oleh pengaruh hingar bingar dan kenikmatan yang ditawarkan oleh berbagai macam hiburan televisi.
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PESAN PEMBELAJARAN LEWAT TELEVISI
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar
melalui program televisi untuk berbagai mata pelajaran dapat menguasai mata
pelajaran tersebut sama seperti mereka yang mempelajarinya melalui tatap muka
dengan guru kelas. Meskipun televisi memiliki ber bagai kelebihan dalam
menyampaikan pesan dan materi pelajaran, televisi juga mempunyai kelemahan
seperti berikut ini :
a. Kelebihan
1. Televisi dapat memancarkan berbagai jenis bahan audio-visual termasuk gambar diam, film, objek, spesimen, drama.
2. Televisi bisa menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi siswa.
3. Televisi dapat membawa dunia nyata kerumah dan ke kelas-kelas, seperti orang, tempat-tempat, dan peristiwa-peristiwa, melalui penyiaran langsung atau rekaman.
4. Televisi dapat memberikan kepada siswa peluang untuk melihat dan mendengar diri sendiri.
5. Televisi dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh siswa dengan usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda.
6. Televisi dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh pada dunia nyata; misalnya ekspresi wajah, dan lain-lain.
7. Televisi dapat menghemat waktu guru dan siswa, misalnya dengan merekam siaran pelajaran yang disajikan dapat diputar ulang jika diperlukan tanpa harus melakukan proses itu kembali. Disamping itu, televisi merupakan cara yang ekonomis untuk menjangkau sejumlah besar siswa pada lokasi yang berbeda-beda untuk penyajian yang bersamaan.
8. Televisi dapat menerima, menggunakan dan mengubah atau membatasi semua bentuk media yang lain, menyesuaikannya dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai.
9. Televisi merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap diterima oleh anak-anak karena mereka mengenalnya sebagai bagian dari kehidupan luar sekolah mereka.
10. Televisi sifatnya langsung dan nyata. Dengan televisi siswa tahu kejadian-kejadian mutakhir, mereka bisa mengadakan kontak dengan orang-orang besar/terkenal dalam bidangnya, melihat dan mendengarkan mereka berbicara.
11. Hampir setiap mata pelajaran bisa di televisikan
12. Televisi dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam hal mengajar.
1. Televisi dapat memancarkan berbagai jenis bahan audio-visual termasuk gambar diam, film, objek, spesimen, drama.
2. Televisi bisa menyajikan model dan contoh-contoh yang baik bagi siswa.
3. Televisi dapat membawa dunia nyata kerumah dan ke kelas-kelas, seperti orang, tempat-tempat, dan peristiwa-peristiwa, melalui penyiaran langsung atau rekaman.
4. Televisi dapat memberikan kepada siswa peluang untuk melihat dan mendengar diri sendiri.
5. Televisi dapat menyajikan program-program yang dapat dipahami oleh siswa dengan usia dan tingkatan pendidikan yang berbeda-beda.
6. Televisi dapat menyajikan visual dan suara yang amat sulit diperoleh pada dunia nyata; misalnya ekspresi wajah, dan lain-lain.
7. Televisi dapat menghemat waktu guru dan siswa, misalnya dengan merekam siaran pelajaran yang disajikan dapat diputar ulang jika diperlukan tanpa harus melakukan proses itu kembali. Disamping itu, televisi merupakan cara yang ekonomis untuk menjangkau sejumlah besar siswa pada lokasi yang berbeda-beda untuk penyajian yang bersamaan.
8. Televisi dapat menerima, menggunakan dan mengubah atau membatasi semua bentuk media yang lain, menyesuaikannya dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai.
9. Televisi merupakan medium yang menarik, modern dan selalu siap diterima oleh anak-anak karena mereka mengenalnya sebagai bagian dari kehidupan luar sekolah mereka.
10. Televisi sifatnya langsung dan nyata. Dengan televisi siswa tahu kejadian-kejadian mutakhir, mereka bisa mengadakan kontak dengan orang-orang besar/terkenal dalam bidangnya, melihat dan mendengarkan mereka berbicara.
11. Hampir setiap mata pelajaran bisa di televisikan
12. Televisi dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam hal mengajar.
b. Kelemahan
1. Televisi hanya mampu menyajikan komunikasi satu arah.
2. Televisi pada saat disiarkan akan berjalan terus dan tidak ada kesempatan untuk memahami pesa-pesannya sesuai dengan kemampuan individual siswa.
3. Guru tidak memiliki kesempatan untuk merevisi film sebelum disiarkan.
4. Layar pesawat televisi tidak mampu menjangkau kelas besar sehingga sulit bagi semua siswa untuk melihat secara rinci gambar yang disiarkan.
5. Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama penayangan.
6. Harga pesawat TV relatif murah;
7. Jika akan dimanfaatkan di kelas jadwal siaran dan jadwal pelajaran di sekolah sering kali sulit disesuaikan
8. Program di luar kontrol guru, dan
9. Besarnya gambar dilayar relatif kecil dibanding dengan film, sehingga jumlah siswa yang dapat memanfaatkan terbatas.
Media televisi selanin sebagai media massa, kita menganal adanya program Televisi Siaran Terbatas (TVST) atau Closed Circuit Television. Pada TVST sebagai suatu media distribusi TV, alat pengirim dan alat penerima secara fisik dihubungkan dengan kabel. Hubungan itu bisa antara sebuah kameradan alat penerima di dlam ruang yang sama; bisa pula beberapa kelas dihubungkan dengan satu sumber yang sama; sehingga penonton serentak dapat mengikuti program yang disiarkan.
Kelebihan televisi sistem terpadu (TVST) sebagai media pendidikan adalah :
1. Dapat dikontrol oleh guru. Guru tahu persiapa yang dibutuhkan siswanya, karena itu relevansinya bisa dijamin. Jadwal dan bahkan buku pegangan bisa disesuaikan/ dimasukkan dalam program.
2. Dapat dimanfaatkan sumber-sumber daerah dan kepentingan daerah;
3. Memberi kesempatan yang sama kepada murid-murid sekolah di daerah lingkup TVST bersangkutan. Kekurangan sarana, fasilitas dan guru-guru yang baik dapat diatasi dengan penampilan guru-guru ahli di TVST.
4. Membuat guru menjadi bagian dari suatu tim belajar mengajar. Jika dia merasa didikutsertakan dalam mempersiapkan program sejak semula pastilah dia menanggapi program TVST tersebut secara positif. Siaran TV pusat sering kali mengabaikan kondisi masing-masing kelas;
5. Membantu mengatasi problem kekurangan guru yang bermutu; dan
6. Dapat melatih guru meningkatkan kemampuan profesi, metode serta teknik mengajarnya.
E. ACARA TELEVISI YANG DAPAT
DIJADIKAN SEBAGAI DESAIN PESAN PEMBELAJARAN
Sungguh hebat peranan TV dalam membangun
karakter penontonnya, baik karakter positif maupun negatif. Dalam pengertian
ini, ‘proses belajar mengajar’ antara TV dan penontonnya telah terjadi dan TV
menjadi guru yang menawan di luar kelas, menjadi saingan guru sesungguhnya
dalam kelas, atau pendidikan dalam keluarga. Bahkan karena aspek bisnis yang
tinggi dari TV, maka tayangan-tayangannya pun memanjakan kecenderungan-kecenderungan
sifat ketertarikan manusia, dan oleh karenanya tayangan-tayangannya pun menjadi
sangat menarik dan mempunyai daya tarik sangat tinggi.Fenomena terakhir yang
menunjukkan efektivitas TV dalam membangun karakter (negatif) adalah tayangan SmackDown.
Anak usia SD dilaporkan masuk rumah sakit, bahkan ada yang tewas akibat
permainan SmackDown antar-teman mereka. Masyarakat terpengarah oleh laporan
tersebut dan kemudian ramai-ramai memberikan tanggapan, saran, kritik dan
bahkan beberapa menghujat tayangan SmackDown. KPI ikut geram karena dituding
oleh masyarakat tidak serius mengawasi TV.
Relitas TV
Seorang pengamat dari Amerika, sebagaimana dikutip oleh Miarso (2004: 410) menganggap bahwa TV adalah orangtua ketiga, setelah ayah-ibu dan guru. Bahkan, menurut penulis, TV sangat potensial menjadi orangtua pertama dan kedua. Hal ini dapat dilihat dari seberapa besar pengaruh TV di masyarakat saat ini. Program TV saat ini didominasi oleh sinetron, musik, kuis maupun infotaiment untuk menarik pemirsa. Sebaliknya, program-program pendidikan mendapat porsi tayangan yang sangat kecil. Jika dicermati lebih mendalam, pada hampir setiap program aspek-aspek pendidikan sudah sangat kurang, bahkan tidak ditonjolkan sama sekali. Begitu pula, dalam program-program tersebut tidak jelas lagi batas-batas antara pendidikan dan seni. Keduanya sudah campur aduk sehingga sulit dibedakan mana aspek pendidikan dan mana aspek seninya.
Relitas TV
Seorang pengamat dari Amerika, sebagaimana dikutip oleh Miarso (2004: 410) menganggap bahwa TV adalah orangtua ketiga, setelah ayah-ibu dan guru. Bahkan, menurut penulis, TV sangat potensial menjadi orangtua pertama dan kedua. Hal ini dapat dilihat dari seberapa besar pengaruh TV di masyarakat saat ini. Program TV saat ini didominasi oleh sinetron, musik, kuis maupun infotaiment untuk menarik pemirsa. Sebaliknya, program-program pendidikan mendapat porsi tayangan yang sangat kecil. Jika dicermati lebih mendalam, pada hampir setiap program aspek-aspek pendidikan sudah sangat kurang, bahkan tidak ditonjolkan sama sekali. Begitu pula, dalam program-program tersebut tidak jelas lagi batas-batas antara pendidikan dan seni. Keduanya sudah campur aduk sehingga sulit dibedakan mana aspek pendidikan dan mana aspek seninya.
Selama ini, berkaiatan dengan ide menjadikan TV
sebagai media pembelajaran, masih berporos pada bagaimana menjadikan program TV
sebagai media penyampaian pesan belajar melalui program-program pendidikan di
TV, seperti ide awal munculnya Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Dalam
stasiun ini sering kita jumpai acara yang mampu mendidik anak-anak maupun orang
dewasa, salah satunya adalah acara upin ipin. Acara yang menggunakan gaya
bahasa melayu tersebut dapt dibilang mendidik. Acara yang diperankan oleh dua
bocah kembar yang dikemas dalam bentuk kartun ini mampu membuat kalangan
masyarakat tersugesti dengan tingkah laku serta cara bicara yang unik dan
kesopanan tokoh-tokoh dalam acara tersebut dapat dijadikan modal oleh para
pendidik untuk mendesain suatu pembelajaran pengembangan moral pada anak-anak.
Selain upin ipin, banyak lagi acara yang berpotensi
sebagai desain pembelajaran, misalnya dalam acara kuis yang menggunakan
berbagai pertanyaan mengenai ilmu pengetahuan. Dari situ kita dapat menjadikan
acara tersebut sebagai model untuk mendesain pembelajaran setidaknya untuk
membuat supaya belajar tidak begitu membosankan. dan beberapa progam Aku Cinta
Indonesia (ACI), Cerdas-Cermat, dan TV-Edukasi yang diluncurkan Pustekkom tahun
2004 dan direncanakan dapat direlay di seluruh kabupaten di Indonesia tahun
2006. Penulis berpendapat bahwa pada setiap program acara TV sebenarnya
mempunyai nilai edukasi yang dapat digali dan diinternalisasikan dalam rangka
pembangunan karakter siswa ataupun individu bukan siswa. Dengan menggunakan, di
antaranya teori belajar ‘Penguatan Positif dan Penguatan Negatif’ (Reinforcement
dari Aliran Behaviorisme) dapat digunakan untuk membuat strategi pembelajaran
yang diminati oleh siswa maupun bukan siswa. Pada dasarnya, ide ini adalah
seperti membedah sebuah film, namun bukan terfokus pada bagaimana film ini
dibuat, namun terfokus pada nilai-nilai apa yang perlu didiskuskan antara guru
atau fasilitator dengan pebelajar.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Raja
Raja
2.
Net Nebraska
3.
Wikipedia
6.
Kidia
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda...