Friday 30 November 2012

Jenis dan ciri - ciri unggas



Morfologi  : ilmu yang mempelajari struktur luar dan fungsi organ suatu mahluk hidup.
Taksonomi Unggas
Kingdom         : Animalium (Kelompok kerajaan binatang)
Phylum            : Chordata ( Binatang yang memilki chorda dorsalis dibagian dorsal tubuhnya)
Class                : Aves (Burung burung yang ditandai dengan adanya bulu pada tubuh).
Berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri morfologi.
Coba kalian amati ayam dan bebek yang berada di lingkungan sekitar kalian, keduanya dikelompokkan dalam unggas karena adanya persamaan ciri morfologi Tetapi keduanya juga memiliki perbedaan.

ITIK
Klasifikasi (penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
1)    Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV 2000-INA;
2)    Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga;
3)    Itik ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call), Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood.

Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur seperti itik tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA dan itik-itik petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian Ternak) Ciawi, Bogor.
Pemilihan bibit ada 3 ( tiga) cara untuk memperoleh bibit itik yang baik adalah sebagai berikut :
a.  membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya
b.  memelihara induk itik yaitu pejantan + betina itik unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian meletakannya pada mentok, ayam atau mesin tetas
c.  membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal mutunya maupun yang telah mendapat rekomendasi dari dinas peternakan setempat.Ciri DOD yang baik adalah tidak cacat (tidak sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap.
Itik-itik jinak yang ada sekarang merupakan keturunan dari itik liar berasal dari specis Anas plathyrococus.yang juga dikenal sebagai belibis. Dalam keadaan liar itik – itik tersebut bersifat monogamusdan suka bersifat mengeram. Namun setelah mengalami perjinakan itik-itik tersebut bersifat polygamous dan tidak mengeram.
a. Peran Benih/Bibit
Bibit ternak itik berupa Day Old Duck (DOD) sedangkan benih itik lokal berupa telur tetas (hatching egg/HE). DOD maupun telur tetas itik yang diproduksi di dalamnegeri sangat berperan dalam memenuhi ketersediaan bibit/benih itik secara nasional. DOD ternak itik banyak yang dihasilkan melalui penetasan tradisional atau mesin tetas. Ketersediaan telur tetas itik cukup memadai, mengingat sebagian besar itik dipelihara dengan sistim umbaran menggunakan itik pejantan dalam sekelompok itik induk (dewasa betina), relatif terbatas itik yang dipelihara sistim baterai untuk khusus produksi telur konsumsi. Ketersediaan telur tetas maupun DOD ini memiliki peran yang tinggi dalam peningkatan populasi itik maupun penyediaan daging dan telur itik bagi konsumen.
b. Status Ketersediaan Bibit Itik
Alur ketersediaan bibit itik menggambarkan pola ketersediaan bibit itik terutama berasal dari perhitungan populasi itik di Indonesia. Dari alur tersebut terlihat masihterdapat kekurangan bibit itik yang cukup tinggi. Pada tahun 2008, populasi itik lokal sebanyak 49 juta ekor, dari jumlah tersebut akan dihasilkan DOD sebanyak 20 juta ekor. Kebutuhan DOD untuk pemenuhan daging dan telur sebanyak 44 juta ekor, sehingga terdapat kekurangan bibit itik sebanyak 24 juta ekor. Kekurangan bibit tersebut terutama untuk pemenuhan kebutuhan telur konsumsi. Ketersediaan bibit itik lokal diprediksi masih mengalami kekurangan sebesar 7,3 juta ekor pada tahun 2009 dan hanya 0,9 juta ekor pada tahun 2010.
Kekurangan bibit tersebut terjadi bila pemerintah hanya mengandalkan populasi dan tidak melakukan upaya – upaya untuk mendorong peningkatan penyediaan bibit itik secara nasional. Namun bila pengaturan pola pemeliharaan dan perbibitan itik dilakukan maka kekurangan bibit dapat diminimalisir sehingga pada tahun 2010 tidak terjadi kekurangan bibit karena adanya pertumbuhan populasi yang semakin membaik. Alur ketersediaan bibit itik pada tahun 2008 hingga 2010 terdapat pada Gambar 19 s/d 21 yang menjelaskan bagaimana pemenuhan akan kebutuhan daging dan telur itik dalam kurun waktu 3 tahun beserta kekurangan bibit itik (DOD) di dalam negeri. Bilamana kebutuhan DOD untuk mensuplai kekurangan daging dan telur tidak terpenuhi, maka akan mengakibatkan pemenuhan kebutuhan daging dan telur itik yang kurang atau pertumbuhan populasi yang tidak sesuai target. Ternak itik ini di Indonesia banyak di budidayakan di beberapa kabupaten di Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur dan Bali.
AYAM
Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan (selanjutnya disingkat "ayam" saja) merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl). Kawin silang antarras ayam telah menghasilkan ratusan galur unggul atau galur murni dengan bermacam-macam fungsi; yang paling umum adalah ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam biasa dapat pula dikawin silang dengan kerabat dekatnya, ayam hutan hijau, yang menghasilkan hibrida mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam bekisar.
Dengan populasi lebih dari 24 milyar pada tahun 2003, Firefly's BirdEncyclopaedia menyatakan ada lebih banyak ayam di dunia ini daripada burung lainnya. Ayam menyediakan dua keperluan pokok diet manusia sebagai sumber protein: daging ayam dan telur.
Biologi dan Habitat
Ayam dipercaya para ahli berasal dari domestikasi ayam hutan merah (ayam bangkiwa, Gallus gallus) yang hidup di India. Namun demikian, pengujian molekular menunjukkan kemungkinan sumbangan plasma nutfah dari G. sonneratii, karena ayam hutan merah tidak memiliki sifat kulit warna kuning yang menjadi salah satu ciri ayam peliharaan.
Ayam menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe kelamin (dimorfisme seksual). Ayam jantan (jagorooster) lebih atraktif, berukuran lebih besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan buluekornya panjang menjuntai. Ayam betina (babon, hen) relatif kecil, berukuran kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu ekor pendek.
Sebagai hewan peliharaan, ayam mampu mengikuti ke mana manusia membawanya. Hewan ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di sembarang tempat, asalkan tersedia makanan baginya. Karena kebanyakan ayam peliharaan sudah kehilangan kemampuan terbang yang baik, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tanah atau kadang-kadang di pohon.
Ayam berukuran kecil kadang-kadang dimangsa oleh unggas pemangsa, seperti elang.
Macam-macamnya
Karena ayam termasuk unggas peliharaan populer dan murah, muncul berbagai istilah teknis akibat kegiatan penangkaran dan peternakan ayam.
Berdasarkan fungsi
Menurut fungsinya, orang mengenal
·                     ayam pedaging atau ayam potong (broiler), untuk dimanfaatkan dagingnya;
·                     ayam petelur (layer), untuk dimanfaatkan telurnya;
·                     ayam hias atau ayam klangenan (pet), untuk dilepas di kebun/taman atau dipelihara dalam kurungan karena kecantikan penampilan atau suaranya (misalnya ayam katai dan ayam pelung; ayam bekisar dapat pula digolongkan ke sini meskipun bukan ayam peliharaan sejati);
·                     ayam aduan, untuk dijadikan permainan adu ayam.
Istilah ayam sayur dipakai untuk ayam kampung atau ayam aduan yang selalu kalah, dan tidak diseleksi khusus sebagai ayam pedaging.
Berdasarkan ras
Terdapat sejumlah ras lokal ayam akibat kegiatan domestikasi dan seleksi untuksifat/penampilan tertentu, seperti
·                     ayam pelung, ras lokal dan unggul dari Priangan (Kabupaten Cianjur) yang memiliki kokokan yang khas (panjang dan bernada unik), termasuk ayam hias;
·                     ayam Kedu cemani, ras lokal dan mulia dari daerah Kedu dengan ciri khas warna hitam legam hingga moncong dan dagingnya, termasuk ayam pedaging dan ayam hias;
·                     ayam Nunukan, ras lokal dan mulia dari Nunukan, Kaltim, dengan bentuk badan tegap dan ukuran besar, keturunan ayam aduan, termasuk ayam pedaging dan hias;
Terdapat pula beberapa istilah untuk menyebut penampilan fenotipe tertentu, namun sifat itu tidak masuk dalam ras tertentu, seperti
·                     ayam walik, ayam dengan bulu yang tidak menutupi badan tetapi tegak berdiri;
·                     ayam Bali, ayam dengan leher tidak berbulu dan jambul di kepalanya, sekarang mulai dibiakmurnikan.Ayam "bantam", suatu ras murnisetengah katai hasil seleksi
·                     ayam katai, istilah umum untuk ayam dengan ukuran kecil (proporsi panjang kaki dengan ukuran badan lebih kecil daripada ayam "normal"), terdapat berbagai ras lokal dan ras murni seleksi yang masuk kategori ini
Dengan adanya kasus flu burung yang telah menyebar hampir di seluruh propinsi di Indonesia dan menyebabkan kematian pada manusia, saat ini pemerintah khususnya Deptan berusaha untuk membenahi peternakan unggas sektor IV khususnya ayam lokal. Bila dilihat sisi positifnya, adanya kasus flu burung tersebut menjadikan era bangkitnya peternakan unggas rakyat dari yang semula dipelihara backyard farming/berkeliaran di sekitar rumah penduduk menjadi peternakan unggas intensif berbasis agribisnis.
Oleh karena itu dalam rangka menunjang program pemerintah untuk memperbaiki peternakan rakyat sektor IV diperlukan bibit ayam lokal berkualitas dan tahan terhadap penyakit flu burung. Saat ini sudah saatnya melirik ayam lokal untuk diindustrikan dan mengurangi ketergantungan bibit GPS dan PS yang selalu impor dari luar negeri. Namun untuk menyediakan bibit ayam lokal berkualitas dalam jumlah banyak dan kontinu di Indonesia belum siap.
Permasalahan yang ada sampai saat ini sangat sulit untuk memperoleh bibit ayam lokal berkualitas dan sangat sedikit sekali pengusaha atau kelompok peternak yang bergerak dalam usaha pembibitan ayam lokal. Pembibitan ayam lokal yang ada saat ini salah satunya adalah di BPTU (Balai Pembibitan Ternak Unggul) Sapi Dwiguna dan ayam lokal-Sembawa, Palembang milik Pemerintah merupakan institusi yang sangat layak untuk dijadikan pusat pembibitan ayam lokal.
Kapasitas tampung ternak ayam dewasa mencapai 14.000 ekor dan disertai dengan kepemilikan CLOSE HOUSE yang sangat modern, namun saat ini hanya tersedia sekitar 7000-8000 ekor induk ayam yang sebagian besar adalah ayam Arab, sehingga masih memungkinkan untuk memperbanyak populasi ayam lainnya.
Ayam buras atau ayam kampong merupakan ternak unggas yang paling banyak dipelihara dipedesaan. Keberadaan ayam buras sebagai penghasil telor dan daging serta pendapatankeluarga,memiliki fungsi strategis dalam pemenuhan pangan dan gizi masyarakat petani.
Memelihara ayam buras sebenarnya tidak terlalu sulit , sebab tidak memerlukan teknologi rumit. Untuk mengembangbiakan ayam buras hanya membutuhkan ketekunan dankesungguhan dalammemelihara yaitu dengan penerapan Pasca usaha Peternakan yaitu pakan,   pengendalian penyakit dan tatalaksana serta pengolahan /perkembangbiakan. Ayam buras memiliki peluang tinggi,sangat mudah dipasarkan dengan harga yang cukup tinggi. Oleh karena itu,ayam harus dikelola dengan prinsip usaha tani yang baik dan memberikan keuntungan yang sangat memadai bagi petaniternak.
1.Pemilihan Bibit Ayam Buras
Bibit ayam buras yang baik menentukan percepatan
perkembangabiakan dan keuntungan usaha tani ayam
buras.
a. Pemilikan anak ayam(doc) calon bibit
- Tidak cacat kaki,paruh normal,mata jernih,terang dan
bulat
- Pergerakan lincah dan sehat , kaki kuat serta berdiri tegak
- Buluh halus dan mengkilat

b. Tanda Betina yang baik
- Kepala halus,mata jernih,terang,paruh pendek dan kuat.
- Jengger dan pial halus serta tidak keriput
- Badan cukup besar dan perut luas
- Jarak tulang dada dengan tulang belakang + 4 jari orang
dewasa.

c. Tanda Pejantan yang Baik
- Badan kuat dan agak panjang
- Sayap kuat dengan buluh-buluh teratur rapi.
- Paruh bersih, mata jernih
- kaki dan kuku bersih ,sisik –sisiknya teratur .
- Terdapat taji dengan bentuk runcing/bulat seperti agung.

AYAM RAS PEDAGING
a. Peran Benih/Bibit
Bibit/benih ayam ras pedaging berupa DOC/HE yang diproduksi dari dalam negeri maupun impor sangat berperan dalam memenuhi ketersediaan bibit/benih ayam ras pedaging secara nasional. Strain GPS ayam ras pedaging (Broiler) impor adalah strain Cobb, Ross 308, Ross Avia gen, Lohman meat, Hybro PG/PN, Hubbard. Ayam Broiler PS hanya sebagian yang impor, terutama bila diperhitungkan konsumsi ayam Broiler di dalam negeri kekurangan. Ayam Broiler FS tidak ada impor, tetapi diproduksi di dalam negeri. Tersedianya bibit ayam ras pedaging yang terprogram dengan baik, akan dapat membantu menciptakan kestabilan supply dan demand ayam ras pedaging, sehingga permintaan daging ayam Broiler dapat terpenuhi dengan harga terjangkau dan relatif stabil.
Peranan pemerintah dalam hal ketersediaan bibit/benih ayam Broiler adalah sebagai regulator dan fasilitator bagi industri perbibitan ayam ras, yaitu berperan untuk
(1) terciptanya persaingan yang sehat diantara perusahaan pembibitan di pasar dalam negeri; (2) pengembangan sistem pelaporan (produksi, distribusi dan
penyakit) serta (3) menjamin transparansi dalam hal informasi produksi DOC (GPS/PS/FS) dan kondisi pasar (permintaan, produksi, dan harga).
b. Ketersediaan Bibit Ayam Ras Pedaging
Sampai akhir tahun 2007, jumlah DOC GPS sebanyak 521 ribu ekor dan DOC PS sebanyak 25,5 juta ekor. Dari jumlah DOC GPS dan PS tersebut di atas, maka akan dihasilkan DOC FS sebanyak 1.305.801.200 ekor. Kebutuhan DOC FS tahun 2008 adalah sebanyak 1.215.651.614 ekor, sehingga terdapat kelebihan bibit ayam ras pedaging (DOC) sebanyak 90.149.586 ekor, Untuk tahun 2009 dan tahun 2010 ketersediaan bibit ayam ras pedaging belum dapat dihitung karena data rencana impor DOC/HE (GPS/PS) untuk tahun 2008 yang dilakukan oleh industri perbibitan belum sepenuhnya terealisasi.
Perhitungan ketersediaan bibit/benih tahun 2008 dihitung dari jumlah realisasi impor DOC/HE GPS dengan menggunakan parameter produksi untuk menghasilkan DOC PS dan FS. Parameter yang digunakan dalam menghitung ketersediaan bibit ayam ras pedaging merupakan parameter teknis yang sudah disesuaikan dengan petunjuk teknis (manual guide) dari masing-masing galur/strain GPS/PS yang digunakan oleh masing-masing perusahaan pembibit. Kelebihan bibit ayam ras pedaging tahun 2008 tidak banyak mempengaruhi ketersediaan bibit ayam ras pedaging.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan bibit PS/FS ditingkat perusahaan pembibit, antara lain:
(1)   adanya penyakit unggas menular yang dapat menyebabkan deplesi/penyusutan ayam induk siap bertelur dan jumlah DOC yang terjual (saleable chick) per ayam induk;
(2)   kegagalan selama pemeliharaan, yaitu puncak produksi tidak tercapai dan adanya gangguan fertilitas (khususnya pejantan dengan umur lebih dari 40 minggu) serta masalah selama penetasan;
(3)   adanya kepentingan bisnis antara lain : penjualan DOC PS tidak sesuai utility saleable chick per ayam induk GPS (sekitar 60 - 90%), penundaan/pengurangan setting HE.


AYAM RAS PETELUR
a. Peran Benih/Bibit
Bibit/benih ayam ras petelur berupa DOC/HE (GPS/PS/FS) yang diproduksi dari dalam negeri maupun impor sangat berperan dalam memenuhi ketersediaan bibit/benih ayam ras petelur secara nasional. Permintaan/kebutuhan telur di Indonesia terutama dipenuhi dari telur ayam ras. Oleh karena itu, dengan tersedianya bibit ayam ras petelur, maka pasokan telur dari ayam ras akan terkendali sehingga dapat diperoleh telur dengan harga terjangkau dan relatif stabil.
Hingga kini GPS ayam petelur masih impor dari luar negeri. Strain GPS ayam petelur (Layer) dari luar negeri adalah strain Hy Line, Isa Brown/Neo Brown, Hisex.Sementara ini, strain ayam di dunia masih terbatas jumlahnya dan masih impor. Namun untuk ayam sebar (FS) untuk produksi telur yang dipelihara oleh peternak
telah dihasilkan oleh perusahaan pembibit dari dalam negeri.
b. Ketersediaan Bibit Ayam Ras Pedaging
Pada tahun 2008 terjadi kekurangan DOC FS ayam ras petelur sebanyak 2,9 juta ekor. Hal ini terjadi karena ketersediaan DOC FS yaitu hanya 69,8 juta ekor,sedangkan kebutuhan mencapai 72,7 juta ekor. Kekurangan bibit ayam ras petelur tahun 2008 tidak akan berdampak pada realisasi permintaan di tingkat peternak, hal ini disebabkan karena (1) adanya fluktuasi harga telur di tingkat pasar, sehingga akan mempengaruhi realisasi replacement (chick in) berikutnya; (2) waktu afkir bibit induk ayam ras petelur diperlambat; (3) belum adanya data tentang kebutuhan (demand) bibit pada tingkat peternakan komersial; dan (4) biaya produksi yang tinggi akibat harga pakan yang terus meningkat tanpa diimbangi harga jual telur akan mengurangi produksi di tingkat budidaya. Kekurangan ketersediaan bibit ayam petelur juga diakibatkan karena beberapa perusahaan pembibitan ayam ras petelur (GPS) yang menghentikan kegiatan usahanya. Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat mengembangkan pembentukan GPS dalam negeri. Perhitungan ketersediaan bibit/benih tahun 2008 dihitung dari jumlah realisasi impor DOC/HE GPS dengan menggunakan parameter produksi untuk menghasilkanDOC PS dan FS. Parameter yang digunakan dalam menghitung ketersediaan bibit ayam ras petelur menggunakan parameter teknis yang sudah disesuaikan dengan petunjuk teknis (manual guide) dari masing-masing galur/strain GPS/PS yang digunakan oleh masing-masing perusahaan pembibit. Untuk tahun 2009 dan tahun 2010 ketersediaan bibit ayam ras petelur belum dapat dihitung karena data rencana impor DOC/HE (GPS/PS) untuk tahun 2008 yang dilakukan oleh industri perbibitan belum sepenuhnya terealisasi.
Alur ketersediaan bibit ayam ras petelur tahun 2008 terdapat pada Gambar 26. Pemenuhan kebutuhan telur ayam ras dipenuhi melalui impor GPS dan PS ayam petelur oleh industri perbibitan swasta

Ayam Merawang
”Ketersediaan ayam lokal spesifik khas Pulau Bangka-Belitung yaitu ayam Merawang penghasil telur dan daging di BPTU Sembawa tersedia, namun dalam jumlah yang terbatas yaitu hanya sekitar 200-300 ekor induk ayam. Salah satu ayam lokal potensial untuk dikembangkan yaitu ayam Merawang.
Dari segi fenotipenya ayam Merawang telah memiliki warna bulu seragam yaitu merah buff, dengan pola bulu kolumbian hampir menyerupai ayam lokal yang telah diindustrikan di China yaitu ayam lignan dan ayam lokal yang telah diindustrikan di Jepang yaitu ayam Hinai. Saat ini di BPTU belum melakukan seleksi untuk ayam Merawang.
Didasarkan pada ketersediaan fasilitas yang ada di BPTU dan penguasaan IPTEK mengenai seleksi dan identifikasi ketahanan penyakit (genetic resistance) terhadap flu burung yang telah diperoleh (Watanabe, 2003; Sulandari dkk., 2007), maka penelitian seleksi galur murni ayam Merawang untuk dijadikan tetua (GPS/PS) ayam lokal tahan terhadap flu burung sangat dimungkinkan, sehingga BPTU sebagai pusat pembibitan ternak unggul milik pemerintah benar-banar mempunyai stock ayam lokal bibit unggul spesifik tahan flu burung yang dapat disebarkan untuk masyarakat luas. Selain itu manajemen breeding, reproduksi dan pakan ayam Merawang harus sesuai untuk mendapatkan bibit unggul yang benar-benar optimum

Wednesday 28 November 2012

Jenis dan Ciri ciri sapi


BAB I


1.1 Latar Belakang

Domestikasi merupakan pengadopsian tumbuhan dan hewan dari kehidupan liar ke dalam lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Dalam arti yang sederhana, domestikasi merupakan proses "penjinakan" yang dilakukan terhadap hewan liar. Perbedaannya, apabila penjinakan lebih pada individu, domestikasi melibatkan populasi, seperti seleksi, pemuliaan (perbaikan keturunan), serta perubahan perilaku/sifat dari organisme yang menjadi objeknya.
Bersama dengan domestikasi tumbuhan penghasil pangan, domestikasi hewan adalah salah satu tindakan yang penting yang dilakukan umat manusia. Di dunia praktis hanya dua lokasi yang pernah melakukan domestikasi awal hewan ternak, yang dilakukan sebelum budidaya tanaman pangan dilakukan, yaitu Asia Barat Daya (untuk domba, kambing, sapi, dan babi) dan Dataran Tinggi Andes (untuk alpaka dan llama).
Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.
 Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.
1.1.1 Klasifikasi
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok Bos primigenius sapi tanpa punuk, yang tersebar di daerah sub tropis atau dikenal Bos Taurus.
Seiring perkembangan tehnologi sampai sekarang diperkirakan terdapat lebih dari 300 bangsa sapi potong. Semua sapi domestik berasal dari Bos taurus dan Bos indicus.Keluarga baru yang termasuk semua tipe sapi domestik dan famili Bovidae. Untuk lebih jelasnya klasifikasi sapi secara zoologis adalah sebagai berikut :

Taksonomi Sapi

Phylum : Chordata
Clas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Sub Ordo : Ruminansia
Family : Bovidae
Genus : Bos
Species : Bos taurus dan Bos indicus
1.2 Rumusan Masalah
1.    Bagaimana bisa terjadi domestikasi pada ternak sapi ?
2.    Apakah ciri-ciri yang membedakan dari setiap spesies sapi di dunia?

1.3 Tujuan
            Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dalam penulisan Makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui cara terjadinya proses domestikasi pada sapi di dunia.
2.      Untuk mengetahui setiap spesies sapi serta ciri-cirinya.

1.4 Manfaat
1.    Sebagai bahan informasi tentang domestikasi sapi di dunia.
2.    Sebagai penambah ilmu pengetahuan  terhadap semua spesies sapi serta ciri yang ada di dunia.





BAB II


2.1 Pembahasan
2.1.1 Bangsa Bangsa Sapi di Dunia
Sapi-sapi yang tersebar di seluruh dunia, diperkirakan berasal dari persilangan enam kelompok leluhur bangsa sapi, yakni :
No.
Spesies
Keterangan
1
Bos aketaros
Kelompok bangsa sapi yang tidak bertanduk berasal dari Eropa Utara.
2
Bos brachicephalus
Bangsa sapi dengan kepala pendek, oleh para akhli digolongkan sebagai leluhur bangsa-bangsa Hereford, Devon, dan Sussex.
3
Bos frontosus
Berhubungan dengan bangsa Simmental dan bangsa-bangsa lain dari Swiss dan Jerman.
4
Bos longifrons
Sering disebut sebagai sapi Celtic dengan ukuran badan relatif kecil, kemungkinan merupakan leluhur bangsa Brown Swiss.
5
Bos nomadicus
Berkaitan dengan sapi-sapi di India.
6
Bos primigenius
Sapi raksasa (Auroch) yang merupakan leluhur sapi Shorthorn.



Setelah melalui perkembangan dan persilangan yang sangat panjang, maka diperoleh kurang lebih 247 jenis bangsa-bangsa sapi, diantaranya adalah sebagai berikut :

Bangsa-Bangsa Sapi Potong Di Dunia Dan Pengembangannya
Eropa
Asia
Amerika
Afrika
Bangsa Eksotik
Angus
Hereford
Shorthorn
Milking-Shorthorn Red Poll
Devon
South-Devon
Brahman,
Bali,
Damaskus,
Gir,
Hariana,
Ongole,
Peranakan Ongole, Thai,
Red Sindhi,
Sahiwal,
Tharparkar,
Halikar,
Madura,
Oksh,
Aden,
Iraqi,
Lebanese-Zebu,
Shorthorn-Zebu, Chinese,
Yellow,
Batangas,
Taiwan Zebu,
Burmese,
Kouprey
Amerifax,
AnkinaSanta
Gertudis
Beefmaster
Brangus,
Braford
Charbray
Red Brangus
Polled Hereford
Polled Shorthorn
Barzona,Braler
Simbrah
Jamaica Red Poll
Jamaica Hope
Romo Sinuano
Indu Brazil
Criollo,
Nelthropp
N’dama,
SakotoDwarf
ShorthornWhite Fulani
Sudanese,
Zebu
Boran
Small East
Africa,
Mashona
Bukedi, Ankole
Angoni, Libyan
Brown Atlas
Egyptian
Meknes-BlackPied
Ankole Watusi, BeefFreisian,
Blonde,
D’Aquitaine, BrownSwiss,
Charolais,
Chianina,
Galloway,
Gascone,
Gelbvieh,
Hays Conventer,
Limousin,
LincolnRed,
 Longhorn,
Luing, Maine Anjou,
Marchigiana,
Meuse Rhine Issel,
Murray Grey,
Normande,
Norwegian Red,
Piedmont, Pinzgauer,
Romagnola, Salers,
Scotch Higland,
Simmental,
Musk Ox,
White Park,
Welsh Black, Tarentaise,
Beefalo,
Sussex




2.1.2 Bangsa Bangsa Sapi yang Penting di Ketahui
A. Angus (Skotlandia Timur)



Ciri-ciri :
·       Warna hitam,
·       Tidak bertanduk.

Karakteristik :
Disilang dengan Sapi Longhorn untuk meningkatkan produksi daging. Fertilitas tinggi. Tahan suhu dingin. Kualitas karkas sangat baik, persentase karkas tinggi, perdagingan istimewa dan persentase lemak rendah.

B. Ayrshire (Skotlandia Selatan)


Ciri-ciri :
·            Warna putih dengan bercak-bercak belang kemerahan atau belang kecoklatan,
·            Tanduk agak panjang, lurus ke bagian atas
Karakteristik :
Temperamen tenang walau tidak setenang FH, cukup cepat dewasa, adaptasi terhadap padang rumput yang jelek cukup baik, rajin merumput. Produksi susu mencapai 3.500 liter per laktasi.

C . Bali (Pulau Bali)


Ciri-ciri :
·       Warna merah, keemasan, kadang coklat tua.
·       Bibir, kaki, dan ekor hitam.
  • Kaki dari lutut ke bawah putih, di bawah paha dan bagian oval putih yang sangat jelas pada pantat.
  • Pada punggung selalu terdapat garis hitam yang sangat jelas, dari bahu berakhir di atas ekor.
·       Warna jantan lebih gelap.
·       Bulu jadi coklat tua/hitam setelah dewasa.
  • Waktu lahir anak berwarna coklat kemerahan dengan warna khas pada bagian belakang kaki.
·       Warna hitam hilang dan coklat kemerahan kembali pada jantan yang kebiri.
·       Tanduk besar tumbuh ke samping atas dan runcing.
·       Betina bertanduk dan bergelambir kecil.
Karakteristik :
Tipe dwiguna (potong dan kerja). Persentase karkas tinggi. Mempunyai kesuburan yang tinggi (lebih baik dibandngkan sapi Zebu). Toleransi yang baik terhadap makanan yang sangat buruk.

D. Brahman American-Brahman (Amerika)


Ciri-ciri :
·       Warna abu-abu muda, totol-totol sampai hitam.
  • Jantan lebih gelap dibanding dengan betina pada leher, bahu, paha, dan panggul.
  • Anak berbulu merah saat lahir, lalu berubah cepat jadi abu-abu. Jarak tanduk lebar, tebal, panjang sedang.
·       Tanduk betina lebih tipis.
·       Gelambir besar dan berpunuk
Karakteristik :
Campuran 3 bangsa sapi India, yaitu Gir, Guzerat, dan Nellore. Tahan pada kondisi tatalaksana seadanya, penyakit, dan parasit. Toleransi yang tinggi terhadap panas. Disilangkan dengan bangsa lain menghasilkan keturunan dengan tingkat hybrid vigor yang paling tinggi. Tidak tahan pada suhu rendah, masak lambat, dan fertilitas rendah.



E. Brown Swiss (Swiss)


Ciri-ciri :
·            Warna bervariasi, mulai warna muda sampai gelap, sawo matang,
·            Bagian mulut dan sekitar tulang belakang warnanya lebih muda,
·            Warna hidung dan kaki hitam.
Karakteristik :
Mudah dipelihara, jinak. Produksi susu mencapai 4.000 liter per laktasi.

F. FH (Fries Holland) (Belanda)

Ciri-ciri :
·       Warna hitam-putih (belang),
·       Putih segi tiga pada dahi,
·       Lambat dewasa
Karakteristik :
Populasi sapi perah terbesar di dunia, daya adaptasi tinggi, produksi susu 4.500 - 5.000 liter per laktasi.



G. HEREFORD (Herefordshire)

Ciri-ciri :
·   Warna putih pada bagian muka, leher, brisket, flankswitch serta di bawah lutut.
·   Warna merahpada bagian lain.
·   Arah tumbuh tanduk ke bawah dan ke dalam.
Karakteristik :
Produksi susu rendah. Rentan terhadap cancer eye dan pink eye. Kemampuan merumput, adaptasi, efisiensi reproduksi baik. Banyak kasus prolapsus uteri.Perdagingan tebal.

H. Jersey (Inggris)

Ciri-ciri :
·    Warna tidak seragam abu-abu sampai keputih-putihan, coklat muda-   kekuningan, coklat muda kemerahan,
·    Bagian tertentu berwarna putih,
·    Warna sapi jantan lebih gelap dibandingkan betina.
Karakterisrik :
Sensitif dan tidak tenang, terutama menghadapi perubahan lingkungan, penanganan harus dilakukan dengan lembut. Produksi susu 2.500 liter per laktasi.


I. Ongole Nellore (Madras)

Ciri-ciri :
·            Warna putih,
·            Jantan abu-abu gelap pada kepala, leher, punggung, kadang hitam pada mulut.
·            Tanduk pendek, gemuk, tumbuh ke belakang dan ke luar.
  • Gelambir berdaging, besar, menggantung berlipat meluas ke gantungan pusar dan berpunuk.
Karakteristik :
Tipe triguna (potong – perah - kerja). Mempunyai hubungan erat dengan Hariana.

J. Santa Gertrudis (Texas)

Ciri-ciri :
·            Warna merah jambu pekat.
·            Tanduk pendek, kadang tidak bertanduk.
·            Gelambir kecil. Jantan berpunuk sedang, betina tidak berpunuk.


Karakteristik :
Hasil persilangan 3/8 Zebu dengan 5/8 Shorthorn. Toleransi baik pada suhu dingin maupun panas, tahan terhadap caplak.


K. Shorthorn (Timur Laut Inggris)

Ciri-ciri :
·    Warna bulu khas yaitu merah, putih, kecoklatan (roan), dan kombinasi     ketiganya.
·    Tanduk pendek.

Karakteristik :
Produksi susu tinggi. Pertumbuh-an sangat baik pada pemelihara-an feedlot.Kualitas karkas kurang baik bila diberi bijian setelah mencapai bobot potong.





2.1.3 Sapi Potong di Indonesia
Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :
1. Sapi Bali
Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.
2. Sapi Ongole
Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.
3. Sapi Brahman
Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala.Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.
4. Sapi Madura
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.

5. Sapi Limousin

Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik.

6. Sapi Simmental

Merupakan tipe sapi perah dan pedaging, warna bulu coklat kemerahan (merah bata), dibagian muka dan lutut kebawah serta ujung ekor ber warna putih.
Berdasarkan riset, sapi potong di indonesia yang biasa diternakkan adalah peranakan ongole dan simmental. Peranakan ongole (sapi PO) dipilih karena daya adaptasi tinggi, tahan terhadap caplak, namun produksi daging tidak sebegitu tinggi daripada simmental. Sapi ini sebenarnya tipe pekerja, namun di indonesia memang sapi inilah pilihan yang banyak. Sedangkan simmental digunakan karena dagingnya yang lebih tinggi (biasanya sih 600-800 kg). Kelemahannya, karena merupakan sapi luar yang disilangkan dengan sapi lokal, adaptasi memang tidak sebagus seperti sapi lokal lainnya. Juga masalah pakan harus diperhatikan.
  
BAB III


3.1 Kesimpulan Dan Saran
            Domestikasi merupakan pengadopsian tumbuhan dan hewan dari kehidupan liar ke dalam lingkungan kehidupan sehari-hari manusia. Dalam arti yang sederhana, domestikasi merupakan proses "penjinakan" yang dilakukan terhadap hewan liar. Perbedaannya, domestikasi melibatkan populasi, seperti seleksi, pemuliaan (perbaikan keturunan), serta perubahan perilaku/sifat dari organisme yang menjadi objeknya.
            Dengan domestikasi pada sapi spesies dan ciri-ciri tentang sapi juga bertambah banyak karena proses dometikasi dimana manusia ingin mendapatkan sapi yang lebih berkualitas dan tahan terhadap lingkungan.
            Untuk menyempurnakan makalah ini penulis membutuhkan bantuan dari semua pihak dan pembaca untuk memberikan saran dan tanggapannya.