Saturday 4 February 2012

MEMBUAT DAN MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) UNTUK PENGEMBANGAN SAINS ANAK USIA DINI


Oleh: Nelva Rolina[*]

ABSTRACT
Mengembangkan semua aspek dan kecerdasan pada anak usia dini, terutama pengembangan sains bisa dilakukan dengan berbagai cara yang salah satunya adalah dengan menggunakan APE. Beberapa gelintir guru disinyalir sering mengeluhkan minimnya APE di tempat mereka mengajar. Hal ini disebabkan harganya yang relative tinggi. Namun apakah harus patah semangat? Tentu tidak!! Caranya adalah dengan membuat sendiri APE yang dibutuhkan dan menggunakannya sesuai kebutuhan (termasuk untuk pengembangan sains).
Membuat APE untuk pengembangan sains tidak harus mengeluarkan biaya yang mahal. Pembuatan APE dapat dilakukan dengan menggunakan biaya yang murah atau bahkan tanpa biaya sama sekali karena memanfaatkan bahan bekas. APE yang dibuat sendiri oleh guru dapat dimanfaatkan sesegera mungkin. Penggunaan APE dapat dikolaborasikan dengan metode atau model pembelajaran yang tepat hingga semua aspek dan kecerdasan anak dapat berkembang, termasuk pengembangan sains.
Bila sudah mampu membuat dan menggunakan APE sesuai kebutuhan, tidak ada alasan guru atau pamong untuk tidak maksimal dalam mengajar. Tidak ada lagi keluhan membutuhkan biaya yang mahal. Ternyata peningkatan mutu pendidikan tidak selamanya harus dibayar dengan harga mahal.

PENDAHULUAN
Untuk meningkatkan mutu pendidikan anak, sangat diperlukan pemahaman yang mendasar mengenai perkembangan diri anak, terutama yang terjadi dalam proses pembelajarannya. Hal itu dimaksudkan agar kita dapat mengetahui ada atau tidaknya kesulitan yang dialami oleh si anak dalam proses belajarnya. Dengan pemahaman yang cukup mendalam atas proses tersebut diharapkan kita sebagai guru yang meliputi orang tua, pendidik di lembaga pendidikan (terutama guru TK), dan sebagai pemerhati pendidikan, mampu mengadakan eksplorasi, merencanakan, dan mengimplementasikan penggunaan sumber belajar dan alat permainan edukatif.
Saat ini beberapa gelintir guru TK mengeluh karena minimnya APE di TK tempat mereka mengajar. Menurut mereka, mengajar TK tanpa APE tidak mendapatkan hasil yang maksimal, walaupun APE bukannya segalanya. Kegiatan pembelajaran dapat terlaksana tanpa APE, dan aspek-aspek sarta kecerdasan-kecerdasan yang ada pada diri anak pun dapat berkembang, misalnya dengan permainan ataupun memanfaatkan alam.
Mencermati pendapat guru TK tersebut, alangkah lebih baik jika guru TK mampu membuat sendiri APE yang mereka butuhkan untuk mengajar. Kenyataannya, membuat APE terlihat sangat sulit dan disinyalir membutuhkan kreativitas yang tinggi. Pendapat tersebut tidak sepenuhnya salah. Perlu latihan dan semangat yang tinggi untuk membuat APE yang dapat mengembangkan aspek maupun kecerdasan anak.
Pembuatan APE harus disesuaikan dengan kebutuhan, kurikulum yang ada, dan karakteristik anak TK (cocok untuk kelas A atau B). Bahan yang digunakan pun tidak sulit didapat, bahkan dapat menggunakan barang bekas atau limbah rumah tangga. Yang perlu diperhatikan adalah, bahan yang digunakan harus aman bagi anak. APE harus dibuat semenarik mungkin hingga anak fokus pada proses pembelajaran dan dapat mengembangkan segala aspek dan kecerdasan anak.
Pada bahasan kali ini, akan dipaparkan bagaimana membuat dan menggunakan APE untuk pengembangan sains pada anak. Mengapa hanya sebatas sains? Hal ini dikarenakan sains sering menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar siswa sekolah dasar dan menengah. Untuk itu, perlu pengenalan sejak dini bahwa sains itu menyenangkan. Selain itu, guru sering berpikir bahwa membuat APE untuk sains sangat sulit dan membutuhkan pemikiran yang dalam. Sehingga, bahasan kali ini focus pada APE untuk pengembangan sains anak usia dini.

APAKAH APE?
APE merupakan singkatan dari Alat Permainan Edukatif. Mengapa “permainan”? Karena pada dasarnya anak memang berada dalam masa bermain. Maka yang dibutuhkan bukanlah alat pembelajaran atau alat peraga, melainkan alat permainan untuk mendukung kegiatan bermainnya. Namun APE biasa disebut sebagai Media Pembelajaran ataupun Alat Peraga. Apakah ada perbedaan diantara istilah tersebut? Dan apa pula yang disebut sebagai Sumber Belajar?

è Media Pembelajaran
Pada hakikatnya kegiatan belajar-mengajar adalah suatu proses komunikasi (penyampaian pesan). Proses komunikasi harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian tukar-menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan peserta didik. Menurut Ahmad Rohani (1997: 1) yang dimaksud pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan, keahlian, ide, pengalaman, dan sebagainya. Sedangkan menurut Mudhoffir (1986:1-2) ada tambahan mengenai hal tersebut, yaitu bahwa pesan atau informasi tersebut disampaikan dalam bentuk ide, fakta, arti dan data. Pesan atau informasi yang dimaksud termasuk dalam salah satu sumber belajar yang membantu memecahkan masalah belajar. Jadi, dapat dikatakan bahwa penyampaian pesan atau proses komunikasi yang dilaksanakan sebagaimana mestinya dapat membantu memecahkan masalah belajar.
Guru yang mengharapkan proses dan hasil pembelajaran supaya efektif, efisien, dan berkualitas, semestinya memperhatikan faktor media instruksional yang keberadaannya memiliki peranan sangat penting. Media instruksional merupakan integral-part (bagian menyeluruh) dari proses komunikasi instruksional (belajar-mengajar) dan bertumpu pada tujuan pendidikan. Agar media instruksional yang digunakan dapat dimanfaatkan hingga mencapai tujuan yang ingin dicapai, maka perlu diketahui pengertian media instruksional.
Pengertian media instruksional adalah “sarana komunikasi yang digunakan dalam proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan instruksional yang efektif dan efisien melalui perangkat keras maupun lunak” (Ahmad Rohani, 1997: 4). Pengertian tersebut merupakan kesimpulan beberapa pengertian yang bila dijabarkan adalah sebagai berikut:
1.      Segala jenis sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan instruksional. Mencakup media grafis, media yang menggunakan alat penampil, peta, model, globe, dan sebagainya.
2.      Peralatan fisik untuk menyampaikan isi instruksional, termasuk buku, film, video, tipe, sajian slide, guru dan perilaku non verbal. Dengan kata lain media instruksional mencakup perangkat lunak (software) dan/atau perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar/alat Bantu belajar.

3.      Media yang digunakan dan diintegrasikan dengan tujuan dan isi instruksional yang biasanya sudah dituangkan dalam Garis Besar Pedoman Pembelajaran (GBPP) dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar.
4.      Sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara, dengan menggunakan alat penampil dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan instruksional, meliputi kaset, audio, slide, film-strip, OHP, film, radio, televisi, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Sudjana dan Rivai (1991: 1), media instruksional merupakan alat bantu mengajar yang termasuk dalam komponen metodologi penyampaian pesan untuk mencapai tujuan instruksional. Dengan melihat kedua pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa media instruksional merupakan media yang dipergunakan dalam proses instruksional (belajar-mengajar), untuk mempermudah pencapaian tujuan instruksional yang lebih efektif dan memiliki sifat yang mendidik. Hingga menurut Sudjana dan Rivai, klasifikasi media instruksional meliputi media grafis, media fotografi, media proyeksi, media audio dan media tiga dimensi (1991: 27-207).
Bila dihubungkan dengan anak usia dini, media pembelajaran dikenal sebagai Alat Permainan Edukatif atau sering disingkat APE. Menurut Sudono (2000), alat permainan adalah semua alat bermain yang digunakan anak untuk memenuhi naluri bermainnya dan memiliki berbagai macam sifat seperti bongkar pasang, mengelompokkan, memadukan, mencari padanannya, merangkai, membentuk, mengetok, menyempurnakan suatu desain, atau menyusun sesuai bentuk utuhnya. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa APE merupakan alat permainan yang mempunyai nilai-nilai edukatif, yaitu dapat mengembangkan segala aspek dan kecerdasan yang ada pada diri anak.
Alat permainan yang dapat mengembangkan segal aspek dan kecerdasan yang ada pada anak dapat diintegrasikan dengan kegiatan pembelajaran yang sesuai, di antaranya:
1.  Active learning, yaitu pembelajaran yang menuntut keaktivan anak sehingga semua aspek yang ada pada diri anak dapat berkembang, baik aspek pengembangan pembiasaan maupun kemampuan dasar.
2.   Attractive learning, yaitu pembelajaran yang menarik sehingga semua aspek yang ada pada anak dapat berkembang, baik aspek pengembangan pembiasaan maupun kemampuan dasar.
3.  Joyful learning, yaitu pembelajaran yang menyenangkan sehingga semua aspek anak dapat berkembang, baik aspek pengembangan pembiasaan maupun kemampuan dasar.
4. Multiple Intelligences Approach, yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kecerdasan jamak/majemuk sehingga semua kecerdasan yang dimiliki anak dapat berkembang.
Sejalan dengan istilah media pembelajaran, ada istilah alat peraga.

è Sumber Belajar
Dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita tidak boleh melupakan satu hal yang sudah pasti kebenarannya yaitu bahwa peserta didik atau siswa harus banyak berinteraksi dengan sumber belajar. Tanpa sumber belajar yang memadai sulit diwujudkan proses pembelajaran yang mengarah kepada tercapainya hasil belajar yang optimal. Namun, apa sebenarnya sumber belajar itu? Perlu diketahui definisi sumber belajar yang jelas.
AECT (1977) mengartikan sumber belajar sebagai semua sumber (data, manusia, dan barang) yang dapat dipakai oleh pelajar sebagai suatu sumber tersendiri atau dalam kombinasi untuk memperlancar belajar dan meliputi pesan, orang, material, alat, teknik, dan lingkungan. Sumber belajar bahkan berubah menjadi komponen sistem instruksional apabila sumber belajar itu diatur sebelumnya (prestructured), didesain dan dipilih lalu dikombinasikan menjadi suatu sistem instruksional yang lengkap sehingga mengakibatkan belajar yang bertujuan dan terkontrol.
Sumber belajar memiliki 6 bentuk atau terbagi menjadi 6 golongan. Menurut Wiryokusumo & Mustaji (1989), pengertian dan contoh tiap-tiap bentuk sumber belajar tersebut dijabarkan dalam table berikut:
Sumber Belajar
Pengertian
Contoh
Pesan
Pelajaran/informasi yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti, dan data.
Semua bidang studi atau mata pelajaran (untuk pendidikan anak usia dini adalah semua kegiatan yang dapat mengembangkan semua aspek dan kecerdasan anak).
Orang/Manusia
Manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Tidak termasuk mereka yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar.
Guru Pembina, guru pembiming, tutor, pamong, murid, pemain, pembicara, tidak termasuk tim kurikulum, peneliti, produser, teknisi dan lain-lain yang tidak langsung berinteraksi dengan siswa.                                                    
Bahan/Material
Sesuatu (biasa disebut media atau software) yang mengandung pesan untuk disajikan, melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya.
Transparansi, slide, film, film strip, audio tape, video, tape, modul, majalah, bahan pengajaran terprogram, dan lain-lain.
Alat/Peralatan
Sesuatu (biasa pula disebut hardware atau perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan.
Proyektor, slide, film strip, film, OHP, LCD, video tape atau kaset recorder, pesawat televise, dan lain-lain.
Teknik
Prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, alat, orang, dan lingkungan untuk menyampaikan pesan.
Pengajaran terprogram belajar mandiri, mastery learning, discovery learning, simulasi, BCCT, kuliah, ceramah, Tanya jawab, active learning, joyful learning, attractive learning, multiple intelligences approach, dan lain-lain.
Lingkungan
Situasi sekitar di mana pesan diterima.
Lingkungan pikir, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain.
Tiap-tiap bentuk sumber belajar tersebut harus berinteraksi dengan siswa bila menginginkan kualitas dan hasil belajar yang optimal. Karena unsur sumber-sumber belajar itu merupakan komponen usaha yang dapat mendukung proses belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka perlu kiranya ada organisasi pengelolaannya. Dan mengingat kenyatan yang ada bahwa keterbatasan dana dan tenaga yang mendukung sumber-sumber belajar itu juga dipandang perlu adaya suatu strategi pengelolaan yang efektif dan efisien. Mampukah kita sebagai praktisi pendidikan mewujudkannya?

MEMBUAT APE
Untuk membekali diri dalam melaksanakan proses pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, guru dan orang tua diharapkan mampu menciptakan hasil karya yang orisinal berupa APE. Yang harus diperhatikan adalah setiap pembuatan APE haruslah mengikuti kriteria yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak (Misal: pada siswa TK, mana untuk kelas A dan mana untuk kelas B).
1.      Usaha Guru adalah Faktor Utama
Kegiatan guru yang seharusnya diperhatikan menurut Sudono (2000) adalah:
a.       Merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan maupun pengaturan waktu.
b.      Mengatur penempatan semua peralatan dan perabotan yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan (sesuai kurikulum dan tingkatan kelas) dan keamanan.
c.       Segala kegiatan yang dipersiapkan oleh guru harus memiliki tingkat kesulitan yang berbeda.
d.      Memantau setiap kegiatan (membosankan atau menyenangkan).
e.       Melatih kemandirian anak.
2.      Bahan yang Digunakan untuk Pembuatan APE
Bahan yang biasa digunakan untuk membuat APE harus memperhatikan keamanan bagi anak atau siswa. Bahan-bahan tersebut adalah kayu, styrofoam dan busa, tekstil, kardus, bambu, tali, pelepah (papaya, pisang, pinang), biji-bijian, daun kering, raffia, karet, kulit, kapuk, karton, dan kertas bekas (yang sudah tidak digunakan lagi).

3.      Kriteria Keamanan yang Harus Selalu Dipertimbangkan
Menjaga keselamatan, kesehatan, dan keamanan anak merupakan persyaratan utama. Berkaitan dengan pembuatan APE, maka bahan-bahan yang digunakan haruslah:
a.       Kayu tidak berserat dan diamplas
b.      Bambu bebas dari bulu yang gatal
c.       Jangan tajam
d.      Cat non toxid (bebas racun)
e.       Menghindari benda yang berpotensi masuk ke mulut (bagi anak yang masih cenderung memasukkan benda ke mulut)
f.       Memotong styrofoam memerlukan pisau tajam
g.      Pembuatan dengan ukuran yang presisi (ketepatan)
h.      Paku jangan menonjol
4.      Cara Pembuatan APE
Cara membuat APE tidak terlepas dari macam-macam APE itu sendiri. Petunjuk pembuatannya sesuai dengan jenisnya. Berikut merupakan contoh pembuatan APE untuk pengembangan sains:
*    Pembuatan timbangan sederhana: alat atau bahan untuk ditimbang (seperti: gabus, kayu, plastik, dll), gelas ukuran, tanaman bumbu dapur, soda kue, zat pewarna, berbagai kotak bekas, dll.
Bahan:
è tangan: kayu panjang 40 cm, lebar 2 cm, tebal 1,5 cm, beberapa mangkuk bekas mentega.
è tiang: tinggi 25 cm, lebar 4 cm, tebal 2 cm.
è dasar: panjang 10 cm, lebar 6 cm, tebal 3 cm.
Caranya:
è tangan: ukur sama dari tengah dan beri lekukan kecil untuk tempat menggantungkan tali pemegang mangkuk bekas mentega.
è tiang: paada ujungnya dipotong lekukan untuk menaruh tangan timbangan.
è dasar: beri lubang agar tiang dapat diberdirikan. Ukuran lubang 6x3 dengan kedalaman 3 cm.
*    Membuat gelas ukuran:
Bahan: gelas, botol plastik bekas minimum 250 cc.

PENUTUP
Paparan di atas merupakan sekelumit tentang APE dan beberapa contoh cara pembuatannya. Dengan contoh-contoh tersebut diharapkan guru mampu mengembangkan sendiri dan mampu membuat APE sesuai karakteristik anak, sesuai pula dengan tingkatan kelasnya (untuk TK: A dan B). APE yang dibuat seharusnya dapat mengembangkan semua aspek dan kecerdasan yang ada pada diri anak, khususnya mengembangkan sains anak (karenadi sini focus pada pengembangan sains).
Bila guru sudah mampu membuat APE sendiri, tidak ada alasan bahwa “guru kurang berhasil dalam mengajar karena tidak tersedianya APE di TK”. APE dapat dibuat sendiri dan tidak harus dari bahan yang mahal. APE dapat dibuat dari barang bekas atau limbah rumah tangga, bahkan memanfaatkan alam. Penggunaan APE dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada atau sesuai kebutuhan.
APE dapat dikolaborasikan dengan metode atau model pembelajaran yang tepat hingga semua aspek dan kecerdasan anak dapat dikembangkan. Misalnya active learning, attractive learning, joyful learning, dan multiple intelligences approach. Dengan demikian diharapkan akan tercipta output yang lebih bermutu dan siap untuk “bersaing di pasar bebas” (masyarakat).


DAFTAR PUSTAKA


AECT. 1977. Definisi Teknologi Pendidikan: Satuan Tugas Definisi dan Terminologi AECT. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Ahmad Rohani. 1997. Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Anggani Sudono. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan (untuk Pendidikan Anak Usia Dini). PT. Grasindo. Jakarta.

Iskandar Wiryokusumo & Mustaji. 1989. Pengelolaan Sumber Belajar. University Press IKIP Surabaya. Surabaya.

Mudhoffir. 1986. Teknologi Instruksional. CV. Remadja Karya. Bandung.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 1991. Media Pengajaran. Lemlit IKIP Bandung dan CV. Sinar Baru. Bandung.



[*] Tenaga Pengajar PGTK PPSD FIP UNY

Friday 3 February 2012

MAKALAH AKHLAK




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagai umat yang bertaqwa kepada Allah, akhlak menjadi tolak ukur seseorang dalam ketaqwaannya  kepada Allah. Bukan hanya keimanannya dalam menjalankan perintah dan larangannya, akhlak melekat kepada orang yang benar-benar bertaqwa kepada Allah.Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan.Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627, tahqiq Rabbah dan Daqqaq). 
Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menasehati sahabatnya, beliau shalallahu ‘alahi wasallam menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali). Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :            “ Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz 2 hal 535). Dari Jabir radhiallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Ash shahihah Juz 2 hal 418-419). 
Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambil akhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari’at     atau sebaliknya.          
Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam.













B.     Rumusan Masalah
a)      Apa Pengertian dari Akhlaq ?
b)      Apa ciri dari Akhlaq ?
c)      Apa yang dimaksud Ilmu Akhlaq ?
d)     Apa Ruang Lingkup Akhlaq ?

C.     Tujuan Penulisan
Agar kita mengetahui Pengertian dari Akhlaq, dapat mengidentifikasikan cirri Akhlaq dan mengetahui yang dimaksud Ilmu Akhlaq serta kita mengerti Ruang lingkup Akhlaq.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Akhlaq
Akhlaq adalah lafadz yang berasal dari bahasa Arab merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berasal dari kata khalaq yang berarti menciptakan, yang seakar dengan kata khaliq yang berarti pencipta, makhluq artinya yang diciptakan, dan kahlq artinya ciptaan.
Dari pengertian tersebut, memberi informasi bahwa akhlaq, selain merupakan tata aturan atau norma-norma perilaku tentang hubungan antara sesama manusia, juga merupakan norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan yang maha pencipta, bahkan hubungan dengan alam sekitarnya.
Adapaun akhlaq menurut  beberapa ulama antara lain, menurut :
# Imam Al-Ghazali
“Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
# Ibrahim Anis
“Akhlaq adalah keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa dipikir dan dipertimbangkan lebih dahul”.
Dari keempat pengertian di atas dapat dipahami bahwa akhlaq adalah merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang dapat menimbulkan gerakan, perbuatan, tingkah laku secara spontan, gampang atau mudah pada saat dibuthkan tanpa memerlukan pemikiran atau perimbangan terlebih dahulu dan tidak memerlukan dorongan dari luar.
Akhlaq adalah gambaran atau bayangan dari jiwa seseorang, mereka berbuat, bertindak, atau bertingkah laku berdasarkan apa yang tertanam dalam jiwanya dan telah menjadi kebiasaan setiap hari tanpa ada pengaruh atau dorongan dari pihak lain, mereka melakukan secara spontan tanpa pertimbangan pikiran sebelumnya.
Untuk melekatkan akhlaq yang mulia pada diri seseorang, harus terlebih dahulu dilakukan pembersihan diri dari hal-hal sebagai berikut :
  1. Dosa dan kesalahan melalui taubat dan istighfar kepada Allah
  2. Sifat-sifat yang tercela, yang melekat pada dirinya melalui latihan dan pembiasaan yang berkesinambungan.

B.     Ciri Akhlak
a)      Akhlak Rabbani
Ajaran akhlak dalam islam bersumber pada al-quran dan as-sunnah . terdapat 1.500 ajaran akhlak, baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
 Sifat Rabbani dari akhlak berkaitan dengan tujuan, yakni memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akherat. Ciri rabbani menegaskan bahwa akhlak bukanlah moral yang kondisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai yang mutlak. Akhlak rabbani mampu menghindari dari kekacauan nilai moralitas dalam hidup manusia.Di dalam al-quran juga disebutkan pada surat An’am ayat 153, yang artinya“ Inilah jalanku yang lurus : hendaknya kamu mengikutinya ; jangan ikut jalan-jalan lain; sehingga engkau bercerai berai dari jalan-Nya. Demikian diperintahkan kepadamu, agar kamu bertaqwa”.
b)      Akhlak Manusiawi
Ajaran akhlak dalam islam sejalan dalam memenuhi tuntunan fitrah manusia. Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan ajaran akhlak dalam islam. Ajaran akhlak dalm islam diperuntuhkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalm arti hakiki, bukan kebahagiaan semu. Akhlak islam adalah akhlak yang benar-benar memelihara eksisitensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya.
c)      Akhlak Universal
Ajaran akhlak dalam islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencangkup segala aspek hidup manusia, baik dimensi vertical maupun horizontal. Contohnya al-Quran menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap orang, yakni :
a.       Menyekutukan Allah,
b.      Durhaka kepada kedua orang tanpa alasan yang sah,
c.       Membunuh anak karena takut miskin,
d.      Berbuat keji baik secara terbuka maupun tersembunyi,
e.       Membunuh orang tanpa alasan yang sah,
    1. Makan harta anak yatim,
    2. Mengurangi takaran dan timbangan,
    3. Membebani orang lain dengan kewajiban melampaui kekuatannya,
    4. Persaksian tidak adil,
    5. Mengkhianati janji dengan Allah (Qs, al-An’am, 6:151-152).

d)     Akhlak Keseimbangan
Akhlak dalm islam berada ditengah diantara dua sisi. Di satu sisi mengkhayalkan sebagai malaikat yang menitikberatkan pada sifat kebaikannya dan di sisi lain mengkhayalkan manusia sebagai hewan yang menitikberatkan pada sifat keburukannya. Manusia menurut pandangan islam memiliki dua kekuatan, yakni kekuatan baik yang berada pada hati nurani dan akalnya, dan kekuatan buruk yang berada pada hawa nafsunya. Manusia memiliki unsure ruhaniah malaikat dan juga unsure naluriah hewani yang masing-masing memerluka pelayanan secara seimbang.Akhlak islam memenuhi tuntutan hidup kebutuhan manusia jasmani dan rohani secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup bahagia di dunia dan di akhera secara seimbang pula. Bahkan memenuhi tuntutan keseimbangan memenuhi kebutuhan hidup pribadi dengan memenuhi kewajiban hidup bermasyarakat. Rasullullah membenarkan ucapan Salamn kepada Abu Darha :“Sesungguhnya Tuhanmumempunyai hak yang wajib kau penuhi : dirimu mempunyai hak yang wajib kau penuhi; pasanganmu mempunyai hak wajib kau penuhi; berikanlah orang-orang yang mempunyai hak akan haknya.” (HR. Bukhari).


e)      Akhlak realistis
Ajaran akhlak dalam islam memperhatikan kenyataan hidup manusia. Meski manusia dinyatakan sebagai makhluk yang memiliki kelebihan disbanding makhluk-makhluk lainnya, akan tetapi manusia juga memiliki kelemahan-kelemahan, memiliki kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual. Dengan kelemahan-kelemahannya itu manusia sangat mungkin melakukan kesalahan-kesalahan dan pelanggaran. Oleh karena itu dal ajaran islam memberikan kesempatan kepada manusia yang melakukan kesalahan untuk memperbaiki diri dengan bertaubat. Bahkan dalam keadaan terpaksa, islam membolehkan manusia melakukan sesuatu yang dalam keadaan biasa tidak dibenarkan. Allah berfirman dalam Qs, Al-Baqarah, 2:173:  tiadalah dia berdosa. Sungguh Allah maha pengampun lagi maha penyayang”.

C.     Ilmu Akhlaq
Banyak definisi yang ditawarkan untuk ilmu Akhlak. Sebagian ulama menekankan unsur pengetahuan, dan menyatakan bahwa ilmu Akhlak adalah pengenalan terhadap kemulaiaan akhlak dan kebejatannya. Muhaqqiq Thusi mengatakan bahwa ilmu Akhlak yaitu pengetahuan tentang bagaimana jiwa manusia menyandang suatu karakter yang memuliakan seluruh tindakan yang dilakukan atas dasar kehendak.Definisi serupa dibawakan oleh seorang pemikir Barat.
Dengan merujuk pada asal kata Latinnya, ia merumuskan bahwa ilmu akhlak adalah pengetahuan tentang tradisi, adat istiadat dan sifat-sifat manusiawi.Adapula sebagian definisi yang menekankan tindakan, bahwa ilmu akhlak yaitu telaah atas prilaku manusia sebagaimana mestinya. Di sini ilmu akhlak berfungsi sebagai sarana untuk menyempurnakan prilaku manusia dan menyodorkan kebaikan.Definisi “pengetahuan tentang bagaimana hidup dan bagaimana seharusnya hidup” lebih menekankan aspek praktis ketimbang aspek kognitif ilmu akhlak.
Secara lebih komprehensif, ilmu akhlak bisa didefinisikan sebagai pengetahuan tentang macam-macam sifat baik dan buruk, cara menyandang sifat baik dan membersihkan sifat buruk. Dan, subjek ilmu akhlak yaitu sifat-siaft baik dan buruk yang berkaitan dengan tindakan sengaja manusia, dan yang bisa diperoleh atau dihindari. Selain pengenalan atas berbagai macam kemualiaan dan kebejatan akhlak, ilmu akhlak juga membahas metode-metode menemukan sifat baik dan membersihkan sifat buruk. Naraqi menyimpulkan bahwa ilmu akhlak yaitu pengetahuan tentang sifat-sifat baik dan buruk dan tentang cara mendapatkan sifat baik serta membebaskandiri dari sifat buruk.

Adapun ruang lingkup akhlaq menurut Abdullah Draz ada lima bagian yaitu :
  • Akhlaq pribadi terdiri dari Yang diperintahkan, yang dilarang, yang dibolehkan dan Akhlaq dalam keadaan darurat
  • Akhlaq berkeluarga terdiri dari Kewajiban timbal balik antara orang dengan anak, kewajiban sumai dengan istri dan kewajiban terhadap karib kerabat.
  • Akhlaq bermasyarakat terdiri dari Yang dilarang yang iperintahkan dan Kaedah-kaedah adab.
  • Akhlaq bernegara terdiri dari Hubungan antara pimpinan dan rakyat dan hubungan luar negeri.
  • Akhlaq beragama yaitu kewajiban terhadap Allah SWT.
Berangkat dari sistematika di atas, sedikit modifikasi, maka penulis membagi pembahasan akhlaq menjadi :
  • Akhlaq terhadap Allah SWT.
  • Akhlaq terhadap Rasulullah SAW.
  • Akhlaq pribadi
  • Akhlaq dalam keluarga
  • Akhlaq bermasyarakat dan
  • Akhlaq bernegara
Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting dalam kehidupan, seperti terlihat dalam beberapa poin berikut ini :
Rasulullah SAW. Menempatkan penyempurnaan akhlaq, yang mulia sebagai misi pokok Risalah Islam, sebagai sabdanya :“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”. (HR. Baihaqi). Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga Rasulullah pernah mendefinisikan agam dengan akhlaq yang baik, sebagaimana sabda beliau.Terjemahannya :
“Ya Rasulullah, apakah agama itu ? beliau menjawab : agama itu adalah akhlak yang baik”.
Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat. Rasulullah SAW. Menjadikan baik buruknya akhlaw seseorang sebagau ukuran kualitasnya. Islam menjadikan akhlaw baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.Nabi Muhammad SAW. Selalu berdoa agar Allah SWT. Membaikkan akhlaq beliau.
Perbuatan Baik dan Buruk
Yang dimaksud perbuatan baik adalah :
  • Sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan
  • Sesuatu yang menimbulkan rasa keharusan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian dan seterusnya.
  • Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan kepuasan
  • Sesuatu dengan sesuai dengan keinginan yang bersifat berfitrah
  • Sesuatu hal yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia.
Adapun yang dimaksud dengan perbuatan buruk adalah :
  • Sesuatu yang tidak baik, tidak seperti seharusnya, tidak sempurna dalam kualitas, di bawah standart, kurang dalam nilai dan tidak mencukupi.
  • Sesuatu yang keji, jahat, tidak bermoral dan tidak menyenangkan
  • Adalah segala sesuatu yang tercela, karena melanggar norma-norma atau aturan-aturan menurut yang ditetapkan oleh syara’ (agama).
Ukuran Baik dan Buruk
Persepsi Manusia Tentang Baik dan Buruk
Banyak orang yang berselisih pendapat untuk menilai suatu perbuatan, ada yang melihatnya baik dan ada yang melihatnya buruk. Dipandang baik oleh suatu masyarakat atau bangsa dipandang buruk yang lain. Dipandang baik pada waktu ini dinilai buruk pada waktu yang lain.
Selanjutnya dalam menetapkan nilai perbuatan manusia, selain memperhatikan nilai yang mendasarinya, kriteria lain yang harus diperhatikan adalah cara melakukan perbuatan itu. Meskipun seseorang mempunyai niat baik, tetapi lakukan dengan cara yang salah, dia dinilai tercela karena salah melakukannya, bukan tercela karena niatnya. Kadang-kadang tercelanya manusia itu dapat berpangkal dari keyakinan yang salah, bukan karena niatnya.                     
Dari uraian di muka tentang tingkah laku manusia dapat diketahui bahwa element-element pokok yang perlu diperhatikan padanya adalah :
  • Kehendak (Karsa), yakni sesuatu yang mendorong yang ada di dalam jiwa manusia.
  • Manifestasi dari kehendak, yaitu cara dalam merealisir kehendak tersebut. Barangkali hal ini dapat disamakan dengan ungkapan karya, yakni perbuatan dalam mewujudkan karsa tadi. Kalau karsa dan karya menjadi satu, maka bisa dipastikan adanya aktivitas yang tidak kecil artinya.

Selanjutnya untuk menialai baik buruknya niat dan cara seseorang dalam melakukan perbuatannya haruslah berdasarkan ajaran Islam sebagaimana firman Allah SWT. Dalam QS. An-Nisa (4) : Terjemahannya :
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taati Rasul-Nya dan oramg-orang yang memegang kekuasaan diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan perndapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebi utama bagi kamu dan lebih baik akibatnya”.
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Akhlaq adalah lafadz yang berasal dari bahasa Arab merupakan bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berasal dari kata khalaq yang berarti menciptakan, yang seakar dengan kata khaliq yang berarti pencipta, makhluq artinya yang diciptakan, dan kahlq artinya ciptaan. Adapun ciri akhlaq yaitu Akhlak Rabbani, Akhlak Manusiawi, Akhlak Universal, Akhlak Keseimbangan dll. ilmu akhlak adalah pengetahuan tentang tradisi, adat istiadat dan sifat-sifat manusiawi.Adapula sebagian definisi yang menekankan tindakan, bahwa ilmu akhlak yaitu telaah atas prilaku manusia sebagaimana mestinya. Adapun ruang lingkup akhlaq menurut Abdullah Draz ada lima bagian yaitu :
  • Akhlaq pribadi terdiri dari Yang diperintahkan, yang dilarang, yang dibolehkan dan Akhlaq dalam keadaan darurat
  • Akhlaq berkeluarga terdiri dari Kewajiban timbal balik antara orang dengan anak, kewajiban sumai dengan istri dan kewajiban terhadap karib kerabat.
  • Akhlaq bermasyarakat terdiri dari Yang dilarang yang iperintahkan dan Kaedah-kaedah adab.
  • Akhlaq bernegara terdiri dari Hubungan antara pimpinan dan rakyat dan hubungan luar negeri.
  • Akhlaq beragama yaitu kewajiban terhadap Allah SWT.
B.     Saran
Sebaiknya sebagai hamba Allah kita Harus memperhatikan akhlak baik akhlak pribadi, universal, keseimbangan dll. Untuk menyempurnakan keimanan dan ketaqwaan kita.


DAFTAR PUSTAKA
 www.mediamuslim.info Tanggal 4 april 2011, 02.00 PM
Sudrajat, ajat.Dkk. 2008.  Din Al- Islam . Yogyakarta : UNY Press


Dibuat dan Disusun oleh :
Mohammad Arif, Arjuna Putra Aldino, Megantoro, Pambajeng N.A, Kutwi. S
*Mahasiswa Teknologi Pendidikan UNY *