Wednesday, 10 July 2013

Penyimpangan dan Pengendalian Sosial

I.         Penyimpangan Sosial
A.       Pengertian Penyimpangan (Deviant Behavior)
Perilaku penyimpangan biasanya disebut dengan deviasi sosial. Pengertian dari penyimpangan sosial adalah segala sesuatu baik dalam bentuk perbuatan atau perkataan yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial dalam masyarakat yang telah ditetapkan. Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan dianggap menyimpang.

B.       Proses Terjadinya Penyimpangan Sosial
Perilaku menyimpang terjadi karena beberapa faktor diantaranya faktor internal, eksternal, sosialisasi, dan pengendalian sosial. Perilaku menyimpang akibat pengaruh internal terjadi karena individu ingin mempelajari berbagai bentuk penyimpangan dalam masyarakat.
Pengaruh eksternal terjadi dari kelompok sosial dan media massa. Media massa salah satu dampaknya yaitu memberikan dampak negatif seperti tayangan televisi yang tidak mendidik, mengandung unsur kekerasan, pornografi, intimidasi, dan lain-lain. Tayangan tersebut dapat mendorong individu untuk melakukan perbuatan menyimpang. Selain itu perilaku menyimpang juga dapat muncul akibat lemahnya proses pengendalian sosial dan sosialisasi yang tidak sempurna.

C.       Penyebab Terjadinya Penyimpangan Sosial
a.         Penyerapan nilai dan norma dalam proses sosialisasi yang tidak maksimal.
b.        Faktor anomie atau tidak adanya kesesuaian antara harapan dengan kondisi yang sebenarnya.
c.         Adanya differential association atau asosiasi diferensial. Agen-agen sosialisasi menyampaikan proses sosialisasi yang berbeda-beda sehingga mendorong terjadinya konflik internal.
d.        Pemberian julukan (labelling) sebagai bentuk kontrol sosial. Labelling dapat mendorong individu untuk melakukan perbuatan menyimpang akibat adanya pemberian julukan negatif yang melekat pada dirinya.
e.         Sosialisasi subkebudayaan menyimpang. Perilaku menyimpang yang dilakukan akibat adanya pengaruh kelompok disebut sebagai subkultur menyimpang. Subkultur menyimpang menunjukkan adanya aturan, nilai, norma, gaya hidup, atau kebiasaan yang bertentangan dengan kultur dominal.
f.         Sosialisasi tidak sempurna. Proses sosialisasi nilai dan norma sosial yang tidak sempurna mengakibatkan terjadinya konflik internal dalam diri anak sehingga mendorong anak berbuat menyimpang. Faktor utama penyebab terjadinya sosialisasi tidak sempurna adalah disintegrasi keluarga.

D.       Jenis-Jenis Penyimpangan  Di Lingkungan Masyarakat
a.         Berdasarkan jumlah pelakunya:
1.        Penyimpangan individu, dilakukan oleh seseorang yang melanggar tatanan nilai dan norma di lingkungan masyarakat.
2.        Penyimpangan kolektif, dilakukan secara terorganisir oleh sekelompok warga masyarakat untuk melanggar nilai dan norma.
b.        Berdasarkan sifat penyimpangan:
1.        Penyimpangan primer adalah penyimpangan sosial yang bersifat temporer. Penyimpangan ini masih bisa ditoleransi.
2.        Penyimpangan sekunder adalah penyimpangan sosial yang dilakukan secara berulang-ulang. Penyimpangan ini sudah tidak bisa ditoleransi kembali. Hampir seluruh kegiatan yang dilakukan didominasi oleh perilaku menyimpang sehingga merugikan dan meresahkan kehidupan masyarakat.
3.        Penyimpangan positif adalah penyimpangan sosial yang dampaknya bersifat positif bagi pelaku atau orang sekitar. Meskipun demikian, perilaku tersebut masih sering dianggap bertentangan dengan norma yang berlaku di kehidupan bermasyarakat.
4.        Penyimpangan negatif adalah penyimpangan sosial yang seluruh perilakunya bertentangan dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat sehingga tidak dapat ditoleransi.

c.         Berdasarkan tipe kejahatan:
a.         Kejahatan tanpa korban (victimless crimes)
Kejahatan tanpa korban merupakan tindakan kejahatan yang hanya merugikan pelakunya. Contoh: menyontek dan berhubungan seks di luar nikah.
b.        Kejahatan terorganisasi (organized crimes)
Kejahatan terorganisasi dilakukan secara berkelompok dan memiliki hubungan berkesinambungan untuk memperoleh uang atau kekuasaan dengan cara menghindari hukum. Contoh: penjualan barang hasil sitaan.
c.         Kejahatan terorganisasi transnasional (transnational organized crimes)
Kejahatan terorganisasi melampaui batas-batas negara dan dilakukan oleh organisasi-organisasi kejahatan dengan jaringan global. Contoh: penyelundupan senjata.
d.        Kejahatan kerah putih (white collar crimes)
Kejahatan kerah putih mengacu pada tindak kejahatan yang dilakukan oleh orang terpandang atau oleh orang berstatus tinggi dalam rangka kejahatannya. Contoh: korupsi.
e.         Kejahatan perusahaan (corporate crimes)
Kejahatan perusahaan dilakukan atas nama organisasi formal (perusahaan) dengan tujuan menaikkan keuntungan dan menekan kerugian. Contoh: kejahatan terhadap konsumen atau kejahatan terhadap karyawan.

E.        Penggolongan Pelaku Menyimpang
1.        Tindakan nonconform menunjukkan perilaku individu yang tidak sesuai dengan nilai dan norma dalam masyarakat.
2.        Sikap antisosial (tindakan asosial) merupakan sikap melawan norma kebiasaan (folkways) dan menentang kepentingan umum. Soerjono Soekanto (sosiolog Indonesia) membedakan sikap antisosial sebagai berikut:
a)        Antikonformitas merupakan pelanggaran nilai dan norma sosial secara berulang dan dilakukan dengan sengaja di suatu lingkungan masyarakat.
b)        Aksi antisosial merupakan tindakan yang menempatkan kepentingan pribadi atau golongandi atas kepentingan umum.
c)        Antisosial grudge merupakan penyimpangan yang dilakukan akibat adanya unsur dendam terhadap seseorang atau aturan hingga mendorong individu untuk melakukan tindakan di luar kontrol di luar kontrol dirinya
3.        Tindakan kriminal merupakan tindakan menyimpang yang secara nyata melanggar aturan-aturan hukum tertulis.

II.      Pengendalian Sosial
A.       Pengertian pengendalian sosial (social control)
Pengendalian sosial merupakan alat atau cara yang digunakan masyarakat secara komprehensif untuk mengatur perilaku anggotanya agar sesuai dengan aturan, nilai, dan norma sosial. Pengendalian sosial terhadap perilaku menyimpang dilakukan sebagai sarana dan upaya untuk mencegah terjadinya perilaku menyimpang serta mengembalikan anggota masyarakat yang membangkang dari tatanan nilai dan norma sosial. Ciri-ciri pengendalian sosial dapat dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja dengan tujuan yang jelas dan membentuk hubungan timbal balik antarindividu atau antar kelompok.

B.       Lembaga pengendalian sosial
a.         Lembaga keluarga
Keluarga memliki intensitas tinggi untuk mengawasi setiap perilaku anak sehingga dapat mencegah terjadinya perilaku menyimpang.
b.         Lembaga agama
Lembaga agama memberikan pedoman kepada setiap individu untuk tingkah laku sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Nilai-nilai agama memiliki sanksi mutlak yang dapat mengendalikan seluruh perilaku masyarakat.
c.         Lembaga pendidikan
Lembaga pendidikan menjadi salah satu alat untuk melaksanakan proses pengendalian sosial di lingkungan sekolah. Lembaga pendidikan akan mengawasi seluruh aktifitas siswa di lingkungan sekolah melalui peraturan yang diterapkan.
d.        Lembaga kepolisian
Lembaga kepolisian bertugas mengendalikan peilaku warga masyarakat agar dapat memelihara dan mewujudkan ketertiban dan keamanan.
e.         Lembaga pengadilan
Lembaga pengadilan merupakan lembaga negara yang bertugas menyelidiki, mengusut, dan menjatuhkan hukuman kepada warga masyarakat yang melanggar hukum.
f.          Lembaga media massa
Lembaga media massa berperan sebagai alat pengendalian sosial dengan cara mengawasi seluruh kegiatan masyarakat dan pemerintah melalui sajian informasi. Tujuannya agar publik dapat menilai serta melakukan pengawasan secara lebih lanjut.
C.       Cara pengendalian sosial
a.    Pengendalian sosial formal
Pengendalian sosial secara formal dilakukan secara sadar dan berkesinambungan untuk membentuk perilaku individu berdasarkan nilai dan norma sosial. Tujuannya untuk mewujudkan tertib sosial dalam masyarakat. Pengendalian sosial formal dilakukan melalui lembaga pendidikan dan hukum.
b.         Pengendalian sosial nonformal
Pengendalian sosial non formal sering dilakukan oleh masyarakat tradisional melalui desas-desus, pengendalian, celaan, dan ejekan.

D.       Sifat, Proses, dan Fungsi Pengendalian Sosial
a.    Sifat Pengendalian Preventif
1.        Preventif, artinya pengendalian sosial dilakukan dengan cara mencegah adanya gangguan dalam keserasian.
2.        Represif, artinya pengendalian sosial dilakukanuntuk mengmbalikan keserasian akibat adanya pelanggaran nilai dan norma.
b.    Proses Pengendalian Sosial
1.        Persuasif, artinya pengendalian sosial dilakukan tanpa kekerasan dengan cara menyarankan atau membimbing individu atau kelompok untuk mematuhi nilai dan norma yang ada dilingkungan masyarakat.
2.        Koersif, artinya pengendalian sosial dilkukan dengan cara kekerasan atau paksaan untuk membentuk masyarakat yang tertib sosial. Pengendalian sosialmelalui kekerasan dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut:
a.         Kompulsi (compulsion), yaitu pemaksaan terhadap seseorang agar taan dan patuh terhadap norma-norma sosial yang berlaku.
b.         Pervasi (pervasion), yaitu penanaman norma-norma yang dilakukan secara berulang-ulang agar norma tersebut merasuk dalam kesdaran seseorang.
c.         Fungsi pengendalian sosial
a)         Mempertebal keyakinan masyarakat terhadap nilai dan norma sosial.
b)        Memberikan penghargaan (reward) bagi warga masyarakatnyang menaati nilai dan norma sosial
c)         Menanamkan rasa malu dalam diri individu.
d)        Mengembangkan rasa takut dalam diri individu jika melakukan pelanggaran terhadap nilai dan norma sosial.
e)         Menciptakan sistem hukum untuk mengatur hubungan masyarakat.

E.        Tidak Berfungsinya Lembaga Sosial
a.    Penyebab Tidak Berfungsinya Lembaga Pengendalian Sosial
1)        Tidak adanya aturan hukum yang memadai
2)        Ditinggalkannya pengendalian sosial informal
3)        Adanya tindak penyalahgunaan wewenang untuk melindungi pihak yang bersalah.
b.         Akibat Tidak Berfungsinya Lembaga Pengendalian Sosial
Terganggunya keseimbangan sosial
1)        Pudarnya nilai dan norma
2)        Maraknya tindak kejahatan dan kekerasan

3)        Krisis sosial dan disintegrasi sosial

Daftar Pustaka
Henslin, James.2006.Sosiologi.Jakarta:Erlangga
Soekanto,Soerjono,dkk.1987.Pengendalian Sosial.Jakarta:CV Rajawali 

0 comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentar anda...