A. Pengertian
Mobilitas Sosial
Gerak
sosial (Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun
penurunan status dan peran anggotanya. Mobilitas berasal dari bahasa latin
mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke
tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah tersebut mengandung makna
gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial.
Pengertian Menurut Beberapa Ahli :
1. Paul B. Horton, mobilitas sosial
adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya
atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
2. Kimball Young dan Raymond W. Mack,
mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola
tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial
mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara
individu dengan kelompoknya.
Jadi, mobilitas sosial adalah
perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke
lapisan yang lain. Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu
departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan
gemilang.
B. Bentuk-Bentuk Mobilitas Sosial
Dilihat
dari arah pergerakannya terdapat dua bentuk mobilitas sosial , yaitu mobilitas
sosial vertikal dan mobilitas sosial horizontal. Mobilitas sosial vertikal
dapat dibedakan lagi menjadi social sinking
dan social climbing. Sedangkan
mobilitas horizontal dibedakan menjadi mobilitas social antarwilayah
(geografis) dan mobilitas antargenerasi.
1.
Mobilitas Vertikal : adalah perpindahan status sosial yang
dialami seseorang atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang berbeda.
Mobilitas vertikal mempunyai dua bentuk yang utama :
a.
Mobilitas vertikal ke atas (Social Climbing)
Social climbing adalah mobilitas yang terjadi karena
adanya peningkatan status atau kedudukan seseorang.
Sosial Climbing memiliki dua bentuk, yaitu :
1) Naiknya orang-orang berstatus sosial
rendah ke status sosial yang lebih tinggi, dimana status itu telah tersedia.
Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi
persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
2) Terbentuknya suatu kelompok baru
yang lebih tinggi dari pada lapisan sosial yang sudah ada. Contoh: Pembentukan
organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru
tersebut, sehingga status sosialnya naik.
Adapun penyebab social climbing adalah sebagai berikut :
1) Melakukan peningkatan prestasi kerja.
2) Menggantikan kedudukan yang kosong
akibat adanya proses peralihan generasi.
b. Mobilitas
vertikal ke bawah (Social sinking)
Social sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang.
Proses sosial sinking sering kali menimbulkan gejolak psikis bagi seseorang
karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya.
Sosial Sinking dibedakan menjadi dua bentuk :
1) Turunnya kedudukan seseorang ke
kedudukan lebih rendah. Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan
tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
2) Tidak dihargainya lagi suatu
kedudukan sebagai lapisan sosial. Contoh Tim Juventus terdegradasi ke seri
B.
Penyebab social sinking adalah sebagai berikut.:
1)
Berhalangan tetap atau sementara.
2)
Memasuki masa pensiun.
3)
Berbuat kesalahan fatal yang menyebabkan diturunkan atau di
pecat dari jabatannya.
c. Mobilitas horizontal
Mobilitas
horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang
dalam lapisan sosial yang sama. Dengan kata lain mobilitas horisontal merupakan
peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial
ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Ciri utama mobilitas horizontal
adalah tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam
mobilitas sosialnya. Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat,
mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini
mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena
gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah status sosialnya.
Mobilitas sosial horizontal
dibedakan dua bentuk :
1) Mobilitas sosial antar wilayah/
geografis. Gerak sosial ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu
daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
2) Mobilitas antargenerasi. Mobilitas
antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya
generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini
ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu
generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan
pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya. Contoh: Pak
Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga
sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara.
Contoh ini menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.
Mobilitas antargenerasi dibedakan
menjadi dua, yaitu mobilitas intragenerasi dan mobilitas intergenerasi:
a) Mobilitas intragenerasi adalah
mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu generasi
yang sama. Contoh: Pak Darjo awalnya adalah seorang buruh. Namun, karena
ketekunannya dalam bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki
unit usaha sendiri yang akhirnya semakin besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki
dua orang anak, yang pertama bernama Endra bekerja sebagai tukang becak, dan
Anak ke-2, bernama Ricky, yang pada awalnya juga sebagai tukang becak. Namun,
Ricky lebih beruntung daripada kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya
dari tukang becak menjadi seorang pengusaha. Sementara Endra tetap menjadi
tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya ini juga
dapat disebut sebagai mobilitas intragenerasi.
b) Mobilitas Intergenerasi adalah perpindahan
status atau kedudukan yang terjadi diantara beberapa generasi. Mobilitas
intergenerasi dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Mobilitas intergenerasi naik;
2) Mobilitas intergenerasi turun;
Contoh : Kakeknya seorang bupati, bapaknya seorang camat dan anaknya sebagai
kepala desa (intergenerasi turun).
C. Faktor-faktor
Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
Faktor Pendorong Mobilitas Sosial :
Faktor Pendorong Mobilitas Sosial :
1. Faktor
Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
a. Struktur Pekerjaan. Di setiap
masyarakat terdapat beberapa kedudukan tinggi dan rendah yang harus diisi oleh
anggota masyarakat yang bersangkutan
b. Perbedaan Fertilitas. Setiap
masyarakat memiliki tingkat fertilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat
fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai
kedudukan tinggi atau rendah
c. Ekonomi Ganda. Suatu negara mungkin
saja menerapka sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern), contoh nya di
negara-negara Eropa barat dan Amerika. Hal itu tentu akan berdampak pada jumlah
pekerjaan, baik yang bersetatus tinggi naupun rendah.
2.
Faktor Individu
Faktor individu adalah kualitas seseorang , baik ditinjau dari segi tingkat
pendidikan, penampilan, maupun keterampilan pribadi. Faktor Individu meliputi :
a. Perbedaan Kemampauan Setiap individu
memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang cakap mempunyai kesempatan
dalam mobilitas sosial.
b. Orientasi Sikap terhadap mobilitas
Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam meningkatka prospek
mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan, kebiasaan kerja, penundaan
kesenangan, dan memperbaiki diri.
c. Faktor kemujuran Walaupun seseorang
telah berusaha keras dalam mencapai tujuannya, tetapi kadang kala mengalami
kegagalan.
3. Status
Sosial
Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya, karena ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusia pun yang memiliki statusnya sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri dilapisan sosial yang lebih tinggi.
Setiap manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya, karena ketika ia dilahirkan tidak ada satu manusia pun yang memiliki statusnya sendiri. Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orang tuanya, ia dapat mencari kedudukannya sendiri dilapisan sosial yang lebih tinggi.
4. Keadaan
Ekonomi
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya daerah tempat tinggal nya tandus dan kekurangan SDA, kemudian berpindah tempat ke tempat yang lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan mengalami mobilitas.
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya daerah tempat tinggal nya tandus dan kekurangan SDA, kemudian berpindah tempat ke tempat yang lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan mengalami mobilitas.
5. Situasi
Politik
Situasi Politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial suatu masyarakat dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang lebih aman.
Situasi Politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial suatu masyarakat dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang lebih aman.
6. Kependudukan
(Demografi)
Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Di satu pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesa mengakibatkan sempitnya tempat permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang semakin merajalela. Keadaan demikian yang membuat sebagian warga masyarakat mencari tempat kediaman lain.
Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Di satu pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesa mengakibatkan sempitnya tempat permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang semakin merajalela. Keadaan demikian yang membuat sebagian warga masyarakat mencari tempat kediaman lain.
7. Keinginan
Melihat Daerah Lain
Adanya keingina melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk melangsungkan mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat yang lain.
Adanya keingina melihat daerah lain mendorong masyarakat untuk melangsungkan mobilitas geografik dari satu tempat ke tempat yang lain.
8. Perubahan
kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.
9. Ekspansi
teritorial dan gerak populasi
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
10. Komunikasi
yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
11. Pembagian
kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
12. Kemudahan
dalam akses pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.
Faktor
Penghambat Mobilitas Sosial:
Ada beberapa faktor penting yang
justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain
sebagai berikut :
- Kemiskinan.
Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin,
mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit
- Diskriminasi
kelas. Sistem kelas tertutup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti
denga adanya pembatasab keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan
berbagai syarat dan ketentuan. seperti yang terjadi di Afrika Selatan di
masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan
kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan
sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir
ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden
Afrika Selatan
- Perbedaan
Ras dan Agama. Dalam sistem kelas tertutup dapat memungkinkan terjadinya
mobilitas vertikal ke atas. Dalam agama tidak dibenarka seseorang dengan
sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai
keinginannya.
- Perbedaan
jenis kelamin (Gender). Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi
derajatnya dan cenderung menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan
ini mempengaruh dala mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan
kesempatan-kesempatan dalam masyarakat.
- Faktor
Pengaruh sosialisasi yang sangat kuat. Sosialisasi yang sangat atau
terlampau kuat dalam suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas
sosial. Terutama berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku.
- Perbedaan
kepentingan. Adanya perbedaan kepentingan antar individu dalam sutu
struktur organisasi menyebabkan masing-masing individu saling bersaing
untuk memperebutkan sesuatu.
D. Saluran-Saluran
Mobilitas Sosial
- Angkatan
Bersenjata. Seseorang yang tergabung dalam angkatan bersenjata biasa ikut
berjasa dalam membela nusa dan bangsa sehingga dengan jasa tersebut ia
mendapat sejumlah penghargaan dan naik pangkat.
- Pendidikan.
Pendidikan baik formal maupun nonformal merupakan saluran untuk mobilitas
vertikal yang sering digunakan, karena melalui pendidikan orang dapat
mengubah statusnya. Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan
saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap
sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang
rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan
pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh:
Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang
tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan
pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang
yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.
- Organisasi
Politik. Seorang angota parpol yang profesional dan punya dedikasi yang
tinggi kemungkinan besar akan cepat mendapatkan status dalam partainya.
Dan mungkin bisa menjadi anggota dewan legislatif atau eksekutif.
- Lembaga
keagamaan. Lembaga ini merupakan salah satu saluran mobilitas vertikal,
meskipun setiap agama menganggap bahwa setiap orang mempunyai kedudukan
yang sederajat.
- Organisasi
ekonomi. Organisasi ini, baik yang bergerak dalam bidang perusahan maupun
jasa umumnya memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seseorang untuk
mencapai mobilitas vertikal.
- Organisasi
profesi. Organisasi profesi lainnya yang dapat dijadikan sebagai saluran
mobilitas vertikal, antara lain ikatan.
- Perkawinan.
Melalui perkawinan seseorang dapat menaikkan statusnya. Misalnya: seseorang
wanita yang berasal dari keluarga biasa saja menikah dengan pria berstatus
sosial ekonominya lebih tinggi. Hal ini menyebabkan naiknya status sosial nya
sang wanita.
- Organisasi
keolahragaan. Melalui organisasi keolahragaan, seseorang dapat
meningkatkan status nya ke strata yang lebih tinggi.
E. Dampak
Mobilitas Sosial
Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang terjadinya penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik.
Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal, di antaranya:
Setiap mobilitas sosial akan menimbul kan peluang terjadinya penyesuaian-penyesuaian atau sebalik nya akan menimbulkan konflik.
Menurut Horton dan Hunt (1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal, di antaranya:
- Adanya
kecemasan akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun.
- Timbulnya
ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang
meningkat.
- Keterangan
hubungan anatar anggota kelompok primer, yang semula karena seseorang
berpindah ke status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah.
Adapun dampak mobilitas sosial bagi
masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif antara lain sebagai
berikut:
1. Dampak Positif :
a. Mendorong seseorang untuk lebih maju.
Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang lain menimbulkan
motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju dalam berprestasi agar
memperoleh status yang lebih tinggi.
b. Mempercepat tingkat perubahan sosial
masyarakat ke arah yang lebih baik. Mobilitas sosial akan lebih mempercepat
tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia
yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.
Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki
kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang
pendidikan.
c. Meningkatkan intergrasi sosial terjadinya
mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan integrasi
sosial.misalnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup, nilai-nilai dan
norma-norma yang di anut oleh kelompok orang dengan status sosial yang baru
sehingga tercipta intergrasi sosial.
2. Dampak Negatif
- Timbulnya
Konflik, Konflik
yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi 3 bagian,
yaitu sebagai berikut. :
1) Konflik
Antarkelas
Dalam
masyarakat terdapat lapisan-lapisan. Kelompok dalam lapisan tersebut disebut
kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antarkelas sosial, maka
bisa memicu terjadinya konflik antar kelas.
2) Konflik
Antarkelompok sosial
Konflik
yang menyangkut antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya. Konflik ini
dapat berupa:
a) Konflik antara kelompok sosial yang
masih tradisional dengan kelompok sosial yang modern
b) Proses suatu kelompok sosial
tertentu terhadap kelompok sosial yang lain yang memiliki wewenang
3) Konflik
Antargenerasi
Konflik
yang terjadi karena adanya benturan nilai dan kepentingan antara generasi yang
satu dengan generasi yang lain dalam mempertahankan nilai-nilai denga
nilai-nilai baru yang ingin mengadakan perubahan.
- Berkurangnya Solidaritas
Kelompok. Penyesuaian diri dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada
dalam kelas sosial yang baru merupakan langkah yang diambil oleh seseorang
yamg mengalami mobilitas, baik vertikal maupun horizontal. Hal ini
dilakukan agar mereka bisa diterima dalam kelas sosial yang baru dan mampu
menjalankan fungsi-fungsinya
- Timbulnya
Gangguan Psikologis. Mobilitas sosial dapat pula mempengaruhi kondisi
psikologis seseorang, antara lain sebagai berikut. :
1) Menimbulkan ketakutan dan
kegelisahan pada seseorang yang mengalami mobilitas menurun.
2) Adanya gangguan psikologis bila seseorang
turun dari jabatannya.
3) Mengalami frustasi atau putus asa
dan malu bagi orang-orang yang ingin naik ke lapisan atas, tetapi tidak dapat
mencapainya.
DAFTAR PUSTAKA
Henslin, James M. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi.
Jakarta: Erlangga
Saptono, Bambang. 2006. Sosiologi. Jakarta: Phibeta
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Subakti, A. Ramlan dkk. 2011. Sosiologi
Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sutomo dkk. 2009. Sosiologi. Malang: Graha Indotama
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda...