Tuesday 23 October 2012

SEPAKBOLA DITINJAU DARI ASPEK POLITIK


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Sepakbola dan politik, konon keduanya tidak bisa dipisahkan. Mari tidak usah membahas sejarah hubungan sepakbola dan politik. Tapi akan lebih menarik melihat keduanya sebagai sebuah format tim, semangat, strategi, dan usaha mencapai sebuah kemenangan. Dari Sepakbola banyak yang bisa kita petik. Bahkan ada kepercayaan, kalau sepakbola di suatu negara tidak bagus, berarti ada yang gak beres juga di perpolitikan negara itu. Tapi ini yang tidak usah dipercaya 100 %, walaupun sepakbola indonesia babak belur, politiknya tidak babak belur, tapi berantakan, Indonesia adalah negara demokrasi terbesar di dunia yang masih terus berkembang. Seperti di negara maju lainnya dimana sepakbola sudah menjadi industri, politisi Indonesia juga sering menggunakan sepakbola sebagai kuda troya untuk meraih kekuasaan. Sepakbola dijadikan ajang untuk menarik simpati rakyat. Di Indonesia, sepakbola merupakan olahraga paling populer dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan bisa jadi ada yang menganggapnya sebagai agama kedua. Oleh karenanya wajar ketika sepakbola digunakan untuk menarik simpati publik. Namun demikian politik bisa menjadi racun bagi sepakbola ketika dijadikan alat meraih kekuasaan sesaat, sapi perahan dan menghilangkan unsur pembinaan, sportifitas serta menihilkan prestasi. Sepakbola dan politik, konon keduanya tidak bisa dipisahkan. Mari tidak usah membahas sejarah hubungan sepakbola dan politik. Tapi akan lebih menarik melihat keduanya sebagai sebuah format tim, semangat, strategi, dan usaha mencapai sebuah kemenangan. Jadi sebetulnya kalau mau memajukan dunia politik di indonesia, majukan juga sepakbolanya. Pada akhirnya fenomena ini harus dibahas secara lebih spesifik karena kenyataannya sudah sejak lama PSSI telah ditunggangi oleh para bengis politik yang mengakibatkan timnas kita ambruk tak berprestasi. Sepakbola sebagai olahraga dengan jumlah pemain terbanyak dan menarik minat banyak orang tentu menjadi santapan empuk sebagai sarana untuk ajang cari muka demi mendapatkan popularitas keuntungan politik.


B.    Rumusan masalah.
1.       Kapan politik dan sepak bola di Indonesia berjalan dengan seimbang dan maju seperti bangsa yang lainnya yang dapat maju?
2.       Apakah politik dan sepak bola tidak dapat dipisahkan?
3.       Apakah peran politik dalam sepak bola?
4.       Apakah sepak bola hanya sebagai permainan politik?

C.     Tujuan
1.       Mengetahui politik yang ada di dalam sepak bola.
2.       Mengetahui jika politik tidak bisa dipisahkan dengan sepak bola.
3.       Mengetahui peran politik dalam sepak bola.
4.       Mengetahiu cara kerja politik dalam sepak bola.



BAB II
PEMBAHASAN

Sepak Bola di Ditinjau dari Aspek politik.
                Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional.
                Olahraga dan politik pada saat ini sulit dipisahkan, intervensi pemerintahan dalam olahraga lebih diutamakan pada tujuan pemeliharaan ketertiban, meningkatkan kesegeran jasmani, mempromosikan prestise, membentuk rasa solidaritas sosial didalam kelompok. Olahraga sering digunakan untuk alat pengumpul massa, salah satunya olahraga sepakbola. Nilai politik dalam perkembangan olahraga sepakbola sangat besar fungsinya untuk melihat dalam jangka panjang apakah sepakbola di negara ini mampu untuk berprestasi pada kanca Internasional.
                Di berbagai negara maju dimana sepakbola sudah menjadi industri, politisi memang sering bersinggungan dengan sepakbola. Sebutlah, Silvio Berlusconi yang menghabiskan uangnya untuk menjadikan timnya AC Milan sebagai tim juara. Bahkan politisi Inggris, Gordon Brown mempunyai formula khusus hubungan antara politik dan sepakbola. Dalam teorinya, Gordon Brown menyampaikan dalam bahasa sederhana, Sepakbola = Popularitas, dan seorang politisi membutuhkan popularitas. Artinya, jika anda mampu mengendalikan sepakbola dan menjadi sosok penting dalam sepakbola maka anda telah menjadi orang yang populer. Dengan kepopuleran tersebut maka anda bisa memenangkan apapun dalam pertarungan politik. Dan Silvio Berlusconi telah membuktikan kebenaran formula Gordon Brown.
                Meskipun memiliki persamaan dalam hal popularitas, politik dan sepakbola memiliki cara yang berbeda dalam mencapai tujuannya. Dalam sepakbola untuk menjadi juara harus melalui kompetisi dan persaingan yang ketat, sportif dan mengutamakan fair play. Juaranya ditentukan dengan jumlah kemenangan dan goal ke gawang lawan. Sedangkan politik dalam mencapai tujuannya lebih sering menggunakan cara-cara kotor atau menghalalkan segala cara untuk muncul sebagai pemenang.
                Di Indonesia, sepakbola merupakan olahraga paling populer dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan bisa jadi ada yang menganggapnya sebagai agama kedua. Oleh karenanya wajar ketika sepakbola digunakan untuk menarik simpati publik. Namun demikian politik bisa menjadi racun bagi sepakbola ketika dijadikan alat meraih kekuasaan sesaat, sapi perahan dan menghilangkan unsur pembinaan, sportifitas serta menihilkan prestasi. Lihatlah, para pembina dan ketua umum klub-klub Indonesia yang mengaku klub profesional sebagian besar adalah para politisi yang menggunakan sepakbola sebagai kuda troya. Akibatnya, untuk pencitraan, mereka beramai-ramai menggunakan uang rakyat (APBD) untuk membeli para pemain asing dan pemain bintang. Coba anda hitung berapa jumlah perputaran uang dalam kompetisi jika setiap klub minimal harus menyediakan 30 milyar dengan jumlah klub 18 untuk level 1 dan 40 untuk divisi utama. Jumlah yang sangat luar biasa bukan? Uang rakyat habis hanya untuk membiayai pencitraan para politisi melalui sepakbola yang NIHIL prestasi. Akibatnya, hingga kini sepakbola Indonesia menjadi mati suri.



BAB III
KESIMPULAN
                Kini sudah saatnya supporter-suporter sepak bola tanah air melakukan pendekatan untuk memikirkan bagaimana sepak bola Indonesia tidak lagi menjadi alat untuk meraih keuntungan semata kelompok-kelompok tertentu. Lawanlah mereka, dengan kecintaan kalian terhadap sepak bola. Mungkin sudah saatnya seluruh insane yang memang mengaku cinta terhadap sepak bola tanah air menunjukkan jati dirinya.
  
Sumber :
-          id.wikipedia.org

0 comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentar anda...