Thursday 27 February 2014

CONTROL SELF-ASSESSMENT DALAM PENGAUDITAN INTERNAL



Control self-assessment – Mengapa Diperlukan?
Pada era setelah skandal Watergate di Amerika Serikat pada tahun 1970-an, banyak perusahaan multinasional besar diperiksa untuk menentukan apakah mereka telah menyalurkan dana secara ilegal. Kemudian segera diketahui bahwa banyak perusahaan multinasional memiliki rekening bank rahasia yang digunakan untuk menyalurkan dana tidak hanya ke partai-partai politik Amerika Serikat tetapi juga ke pegawai pemerintah dalam dan luar negeri untuk mendukung perolehan kontrak berbau korupsi. Skandal politik telah terbongkar dan mnyingkap sisi gelap dunia bisnis besar. Oleh karena itu, COSO merekomendasikan auditor untuk menelaah dan mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan manusia sebelum memberikan opini.
“Kebijakan resmi mengkhususkan apa yang manajemen inginkan untuk terjadi. Budaya perusahaan menentukan apa yang sebenarnya terjadi, dan aturan-aturan apa yang dilanggar, dibengkokkan, atau diabaikan.”
Apa yang dimaksud Control Self-assessment (CSA) ?
Berdasarkan pengertian dari COSO, yang dimaksud dengan CSA adalah sebuah proses dimana tim karyawan dan manajemen, di tingkat lokal dan eksekutif, terus menerus menjaga kesadaran semua faktor material yang cenderung mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi, sehingga memungkinkan mereka membuat penyesuaian-penyesuaian yang tepat. Untuk meningkatkan independensi, objektivitas, dan kualitas dalam proses tersebut, serta tata kelola yang efektif, maka diharapkan auditor internal terlibat dalam proses tersebut dan bahwa mereka secara independen melaporkan hasil-hasilnya ke manajemen senior dan dewan komisaris.
Alat dan Teknik yang Digunakan
Ada lima komponen kunci untuk rapat kerja yang sukses. Pertama, fasilitator akan melakukan wawancara dengan manajemen dan partisipan lainnya sebelum pertemuan dimulai. Kedua, tim yang menghadiri rapat kerja tersebut membutuhkan waktu untuk berpikir dan menggali ide-ide yang muncul. Komponen ketiga bisa muncul bila peserta puas karena masalah mereka telah diidentifikasi dan dibahas. Komponen  keempat adalah mengembalikan dengan segera ringkasan pembahasan dan pengumpulan suara, jika ada, ke peserta. Komponen kelima dan terakhir yang menentukan kesuksesan adalah tindakan.
Independensi, Objektivitas, dan Etika Fasilitator
Meskipun CSA umumnya menyebabkan hubungan auditor/fasilitator dengan klien menjadi lebih dekat, tetapi sangat penting untuk tetap menjaga independensi dan objektivitas. Fasilitator juga harus menjaga etika mereka sendiri dalam 2 hal penting. Pertama penting mengakui bahwa CSA bergantung pada keterbukaan partisipan dan kejujuran mereka sendiri mengenai individu-individu. Aspek yang kedua adalah bahwa mereka juga manusia dan bisa berbuat salah sehingga perlu mengelola potensi konflik kepentingan yang ada.
Hubungan antar-CSA dan Kegiatan Audit Internal yang Lain
Berbeda dengan kegiatan audit konvensional, CSA memiliki lingkup yang luas, mengumpulkan informasi yang material secara tepat dan interaktif, dan menghabiskan sedikit waktu untuk verifikasi dan pelaporan. Dari sudut pandang manajer audit, CSA merupakan metode penentuan risiko yang cepat dan biasanya andal di tingkat makro tetapi tidak seperti beberapa alat audit, CSA tidak dirancang untuk penyelidikan lebih dalam. Bila CSA dilakukan secara berkesinambungan di organisasi maka CSA merupakan alat ideal untuk mengidentifikasi risiko dan bidang-bidang bernilai tinggi yang akan bermanfaat untuk dilakukan audit. Partisipan rapat kerja biasanya pandai dalam mengidentifikasi bidang-bidang masalah utama.
Kesulitan-kesulitan

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh CSA antara lain: terlalu banyak rapat kerja dan kurangnya memadainya analisis, tidak menepati janji atau membuat terlalu banyak janji, tidak sensitif terhadap kebutuhan dan kekhawatiran partisipan, terlalu dalam masuk ke dalam masalah tanpa tahu caranya mengatasi masalah itu.  

0 comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentar anda...