A.
Definisi
Interaksi Sosial
Secara
etimologis interaksi sosial berasal dari kata inter (antar/berbalas-balasan)
dan aksi (tindakan). Sedangkan kata sosial lebih dari satu orang (ditunjukkan
kepada orang lain). Sehingga interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan sosial
yang dinamis antar individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan
kelompok.
Interaksi
sosial adalah peristiwa paling berhubungan antara dua pihak atau lebih, baik
secara langsung maupun tidak langsung, baik verbal maupun nonverbal. Menurut
Soerjono Soekamto dalam bukunya, Sosiologi Suatu Pengantar 1990: 67), Interaksi sosial adalah hubungan sosial
yang dinamis, yang menyangkut hubungan interindividu, antar kelompok, atau
antara individu dengan kelompok.
Interksi
sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang
berdasarkan nilai dan norma sosial yang berlaku dan diterapkan di masyarakat.
Dengan adanya nilai dan norma sosial, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung
dengan baik jika aturan dan nilai-nilai dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak
adanya kesadaran dari pribadi masing-masing maka proses sosial yang terjadi itu
tidak berjalan sesuai yang kita harapkan.
Di
dalam kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia tidak
dapat lepas dari hubungan satu dengan lainnya, ia selalu mencari individu lain
untuk berinterksi dan bertukar pikiran. Dalam bukunya Soerjono Soekamto
interaksi sosial merupakan kunci dari kehidupan sosial. Dengan tidak adanya
komunikasi atau interkasi satu sama lain maka tidak akan ada kehidupan bersama.
Maka dapat disebutkan bahwa interaksi sosial merupakan dasar dari suatu bentuk
proses sosial karena tanpa adanya interkasi sosial, maka kegiatan-kegiatan
antar individu satu denga yang lain tidak disebut sebagai interaksi.
Berikut
ini ada beberapa pengertian interaksi sosial menurut beberapa ahli:
1. Kimbal
Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial
yang dinamis antar individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan
kelompok.
2. Astrid
S. Susanto, interkasi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan
hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial.
Hasil interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang
diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini.
3. Bonner,
interaksi sosial adalah hubungan antra dua individu atau lebih yang saling
mempengaruhi, mengubah dan memperbaiki perilaku individu
lain dan sebaliknya.
4. Soerjono
Soekamto, interaksi sosial adalah dasar dari proses sosial yang terjadi karena
adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antar individu,
antar kelompok atau antar individu dan kelompok.
5. Gillin
dan Gillin, interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial yang dinamis antar
individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok.
6. Maryati
dan Suryawati, interaksi sosial adalah
kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respon antar
individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.
7. Muriyatmoko
dan Handayani, interkasi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan
suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada
akhirnya memungkinkan permbentukan struktur sosial.
B.
Syarat-Syarat
Terbentuknya Interaksi Sosial
Suatu
interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat,
yaitu :
1. Adanya
kontak sosial
Kata
kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan
tango (yang artinya meneyentuh). Jadi, artinya secara harfiah adalah
bersama-sama menyentuh. Secara fisik kontak baru terkadi apabila terkadi
hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan
badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa
menyentuhnya, seperti dengan cara berbicara dengan pihak lain. Apabila dengan
perkembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu dengan
lainnya melalui telepon, telegraf, radio, surat dan lain-lain yang tidak
memerlukan hubungan badaniah. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah
tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak.
Kontak
sosial dapat berlangsung dalam 3 bentuk, yaitu :
a. Antara
orang-perorangan
Kontak sosial ini
adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya.
Proses demikian terjadi melalui sosialisasi (socialization), yaitu suatu proses
dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai
masyarakat dimana dia menjadi anggota.
b. Antara
orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya
Kontak sosial ini
misalnya adalah apabila seseorang
merasakan bahwa tindalan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma
masyarakat, atau apabila suatu partai politik memaksa anggota-anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan ideology dan
programnya.
c. Antara
suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya
Contohnya adalah dua
partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik yang
kegita di dalam pemilihan umum. Atau apabila dua buah perusahaan bangunan
mengadakan suatu kontrak untuk membuat jalan raya, jembatan, dan lain-lain di
suatu wilayah yang baru dibuka.
Perlu diketahui bahwa terjadinya suatu kontak
tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tanggapan terhadap
tindakan tersebut. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial bersifat positif
mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada
suatu pertentangan, atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu aksi sosial.
Sebuah kontak dapat pula bersifat primer atau
sekunder. Kontak primer terjadi apabila mengadakan hubungan langsung bertemu
dan berhadapan muka, seperti misalnya apabila orang-orang berjabat tangan,
saling senyum, dan lain-lain. Sebaliknya , kontak yang sekunder memerlukan
suatu perantara. Misalnya A berkata kepada B bahwa C mengagumi permainannya
sebagai pemegang peranan utama salah
satu sandiwara. A sama sekali tidak bertemu dengan C, tetapi telah terjadi
kontak antara mereka karena masing-masing memberi tanggapan walaupun melalui
perantaraan B. suatu kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung.
Hubungan-hubungan yang sekunder tersebut dapat dilakukan melaui alat-alat
misalnya telepon, telegraf, radio dan lain-lain.
2. Adanya
komunikasi
Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang
memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan,
gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan
oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi
terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.
Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan
perasaan-peerasaan suatu kelompok manusia atau orang-perseorangan dapat
diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. Hal itu
kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang ingin dilakukannya.
Dalam komuniksasi kemungkinan sekali terjadi pelbagai macam penafsiran terhadap
tingkah laku orang lain. Seulas senyum, misalnya dapat ditafsirkan sebagai
keramah-tamahan, sikap bersahabat bahkan
sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukkan kemenangan. Selarik lirikan
misalnya dapat ditafsirkan sebagai tanda bahwa orang yang bersangkutan sedang
marah.
C.
Faktor
Dasar Pembentuk Interaksi Sosial
Proses
interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor imitasi,
sugesti, simpati, motivasi, identifikasi dan empati.
a. Imitasi
Imitasi
atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi
seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan alat indera sebagai
penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi
dari rangsang dengan melakukan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik.
Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan
bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain.
b. Sugesti
Rangsangan,
stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang
yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan
rasional.
c. Simpati
Ketertarikan
kepada orang lain sehingga mampu merasakan perasaan orang lain.
d. Motivasi
Rangsangan
pengaruh, stimulus yang diberikan antar masyarakat sehingga orang yang
dibelikan motivasi akan menuruti atau melasksanakan apa yang di motivasikan
dengan berpikir kritis dan penuh tanggung jawab.
e. Identifikasi
Pemberian
tanda-tanda pada golongan barang-barang atau sesuatu. Hal ini perlu oleh karena
tugas identifikasi adalah membedakan komponen-komponen yang satu dengan yang
lainnya sehingga tidak membingungkan.
f. Empati
Hampir
mirip dengan simpati , namun tidak semata-mata pada kejiwaan, melainkan
dibarengi dengan perasaan organisme tubuh secara intens.
D.
Bentuk-Bentuk
Interaksi Sosial
1. Proses-proses
yang asosiatif
a. Kerja
sama (cooperation)
Kerja sama disini di
maksudkan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia
untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk dan pola-pola kerja
sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan
sikap-sikap demikian dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga
atau kelompok-kelompok kekerabatan. Atas dasar itu, anak tersebut akan
menggambarkan bermacam-macam pola kerja sama setelah dia menjadi dewasa. Bentuk
kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai
suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut akan
memepunyai manfaat dikemudian hari bagi semua.
Kerja sama timbul
karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan
kelompok lainnya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama mungkin akan
bertambah kuat apabila ada bahaya yng mengancam atau tindakan-tindakan luar
yang menyinggung kesetiaan yang tradisional atau institusional telah tertanam
di dalam kelompk, dalam diri seorang atau segolongan orang.
Fungsi kerja sama yang
digambarkan oleh Charles H. Cooley adalah kerja sama timbul apabila orang
menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada
saat bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri
sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta
yang penting dalam kerja sama yang berguna.
Dalam teori-teori
sosiologi kerja sama dibedakan lagi menjadi :
1) Kerja
sama spontan (spontaneous cooperation)
Kerja sama spontan
adalah kerja sama yang serta-merta
2) Kerja
sama langsung (directed cooperation)
Kerja sama langsung
adalah hasil dari perintah atasan atau penguasa
3) Kerja
sama kontrak (contractual cooperation)
Keja sama kontrak
merupakan kerja sama dasar dasar tertentu
4) Kerja
sama tradisional (traditional cooperation)
Kerja sama tradisional
merupakan bentuk kerja sama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial
Ada 5 bentuk kerja
sama, yaitu :
1) Kerukunan
yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong
2) Bargaining,
yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa
antara dua organisasi atau lebih.
3) Kooptasi
(cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan
atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk
menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan.
4) Koalisi
(coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan-tujuan yang sama.
Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu
karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang
tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah
untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah
kooperatif.
5) Joint
venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya
pengeboran minyak, pertambangan batubaram perfilman, perhotelan dan seterusnya.
b. Akomodasi
Istilah akomodasi
dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk
menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk suatu keadaan berarti
adanya suatu keseimbangan (equibilirum) dalam interksi antara orang-perorangan
atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan
nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses,
akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan
yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan
Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh sosiolog untuk
menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya
dengan pengertian adaptasi yang dipergunakan oleh ahli-ahli biolog untuk menunjuk
pada suatu proses dimana makhluk_makhluk hidup menyesuaikan diri dengan alam
sekitarnya. Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai proses dimana
orang-peroangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling
bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengtasi
ketegangan-ketegangan.
Bebrapa tujuan
akomodasi yaitu :
1).
Untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok
manusia sebagai akibat perbedaan paham. Akomodasi disini bertujuan untuk
menghasilkan sintesa antara kedua pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola
baru
2).
Mencegah meledaknya suatu pertentangaan
untuk sementara waktu atau secara temporer
3)
Untuk memungkinakan terjadinya kerja
sama antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat
faktor-faktor sosial dan psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada
masyarakat yang mengenal sistem kasta
4)
Mengusahakan peleburan antara
kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya lewat perkawinan campuran atau
asimilasi dalam arti luas.
Akomodasi sebagai suatu
proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu :
1) Coercion,
adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya
paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, dimana salah satu pihak berada
dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaanya
dapat dilakukan secara fisik (yaitu langsung) maupun secara psikologis (yaitu
secara tidak langsung).
2) Compromise,
adalah suatu bentuk akomodasi di mana
pihak-pihakyang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu
penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3) Arbitration,
merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang
berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri, yaitu dengan menggunakan pihak
ketiga untuk menyelesaikan masalah.
4) Mediation,
menggunakan pihak ketiga sebagai penasihat untuk memecahkah masalah.
5) Conciliation,
adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak
yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
6) Toleration,
merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
7) Stalemate,
merupakan suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai
kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
8) Adjudication,
yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.
Hasil-hasil akomodasi
1) Akomodasi
dan integrasi masyarakat
2) Menekan
oposisi
3) Koordinasi
berbagai kepribadian yang berbeda
4) Perubahan
lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan
yang berubah
5) Perubahan-perubahan
dalam kedudukan
6) Akomodasi
membuka jalan ke arah asimilasi
Asimilasi
(assimilation)
Asimilasi
merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara
orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha
untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan
memerhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
2. Proses-proses
yang disosiatif
a. Persaingan
Persaingan dapat
diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok
manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang
pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun
kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam
prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Bentuk-bentuk
persaingan:
1) Persaingan
ekonomi
2) Persaingan
kebudayaan
3) Persaingan
untuk mencapai suatu kedudukan dan peranan yang tertentu dalam masyarakat
4) Persaingan
karena perbedaan ras
Fungsi-fungsi
persaingan
1) Untuk
meyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif
2) Sebagai
jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa
menjadi pusat perhatian tersalurkan dengan sebaik-baiknya
3) Sebagai
alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan seleksi sosial
4) Sebagai
alat untuk menyaring warga golongan-golongan karya untuk mengadakan pembagian
kerja
Hasil-hasil persaingan
1) Perubahan
kepribadian seseorang
2) Kemajuan
3) Solidaritas
kelompok
4) Disorganisasi
b. Kontravensi
Kontravensi pada
hakikatnya merupakan suatu proses sosial yang berada antara persaingan dan
pertentangan atau pertikaian.. kontraversi merupakan sikap mental yang
tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan
golongan tertentu. Tipe-tipe
kontraversi:
1) Kontravensi
antar masyarakat setempat
2) Antagonisme
keagamaan
3) Kontravensi
intelektual
4) Oposisi
moral
Bentuk-bentuk
kontravensi
1) Perbuatan
penolakan, perlawanan dan lain-lain
2) Menyangkut
pernyataan orang lain dimuka umum
3) Melakukan
penghasutan
4) Berkhianat
5) Mengejutkan
lawan dan lain-lain
c. Pertentangan
(pertikaian atau conflict)
Pertentangan atau
pertikaian merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok
berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang
disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Sebab-sebab dari pertentangan
antara lain :
1) Perbedaan
antara individu-individu
2) Perbedaan
kebudayaan
3) Perbedaan
kepentingan perubahan sosial
Walaupun pertentangan
merupakan suatu proses disosiatif yang agak tajam, pertentangan sebagai salah
satu bentuk proses sosial juga mempunyai fungsi positif bagi masyarakat.
Pertentangan di dalam bentuk lunak dan dapat dikendalikan biasanya digunakan
dengan sengaja di dalam seminar atau diskusi-diskusi ilmiah. Beberapa bentuk khusus
tentang pertentangan yaitu :
1) Pertentangan
pribadi
2) Pertentangan
rasial
3) Pertentangan
antara kelas-kelas sosial
4) Pertentangan
politik
5) Pertentangan
yang berifat internasional
Akibat-akibat adanya
pertentangan adalah
1) Tambahnya
solidaritas in-group
2) Goyah
dan retaknya suatu persatuan apabila pertentangan terjadi antara golongan
3) Perubahan
kepribadian para individu
4) Hancurnya
harta benda dan jatuhnya korban manusia
5) Akomodasi,
dominasi dan takluknya salah satu pihak
Kesimpulan
Bahwasanya manusia itu adalah
makhluk sosial yang mana hidupnya tidak akan lepas dari interaksi dan norma,
kerena dimana ia tinggal disitu ada nda norma yang harus di patuhi olehnya.
Begitu juga interaksi ia harus berinteraksi dengan baik kepada tetangga dan
saudara-saudaranya agar terhindar dari konflik atau masalah.
Dalam
berinteraksi kita sangat butuh dengan norma kesopanan, yang artinya aturan
tingkah laku yang berlaku di masyarakat. Seperti cara berpakaian dan bersikap
adalah beberapa contoh dari norma kesopanan. Dengan norma kesopanan ini kita
dapat mengatur diri kita kepada sesama, kepada orang tua, maupun kepada adik.
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda...