Friday, 28 June 2013

INTERAKSI SOSIAL


A.    Definisi Interaksi Sosial
Secara etimologis interaksi sosial berasal dari kata inter (antar/berbalas-balasan) dan aksi (tindakan). Sedangkan kata sosial lebih dari satu orang (ditunjukkan kepada orang lain). Sehingga interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan sosial yang dinamis antar individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.
Interaksi sosial adalah peristiwa paling berhubungan antara dua pihak atau lebih, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik verbal maupun nonverbal. Menurut Soerjono Soekamto dalam bukunya, Sosiologi Suatu Pengantar 1990: 67), Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan interindividu, antar kelompok, atau antara individu dengan kelompok.
Interksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan nilai dan norma sosial yang berlaku dan diterapkan di masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma sosial, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan dan nilai-nilai dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran dari pribadi masing-masing maka proses sosial yang terjadi itu tidak berjalan sesuai yang kita harapkan.
Di dalam kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan satu dengan lainnya, ia selalu mencari individu lain untuk berinterksi dan bertukar pikiran. Dalam bukunya Soerjono Soekamto interaksi sosial merupakan kunci dari kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi atau interkasi satu sama lain maka tidak akan ada kehidupan bersama. Maka dapat disebutkan bahwa interaksi sosial merupakan dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interkasi sosial, maka kegiatan-kegiatan antar individu satu denga yang lain tidak disebut sebagai interaksi.
Berikut ini ada beberapa pengertian interaksi sosial menurut beberapa ahli:
1.      Kimbal Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis antar individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.
2.      Astrid S. Susanto, interkasi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini.
3.      Bonner, interaksi sosial adalah hubungan antra dua individu atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah  dan memperbaiki perilaku individu lain dan sebaliknya.
4.      Soerjono Soekamto, interaksi sosial adalah dasar dari proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.
5.      Gillin dan Gillin, interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial yang dinamis antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok.
6.      Maryati dan Suryawati, interaksi sosial adalah  kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respon antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.
7.      Muriyatmoko dan Handayani, interkasi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan permbentukan struktur sosial.

B.     Syarat-Syarat Terbentuknya Interaksi Sosial
Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu :
1.      Adanya kontak sosial
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya meneyentuh). Jadi, artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik kontak baru terkadi apabila terkadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti dengan cara berbicara dengan pihak lain. Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu dengan lainnya melalui telepon, telegraf, radio, surat dan lain-lain yang tidak memerlukan hubungan badaniah. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak.
Kontak sosial dapat berlangsung dalam 3 bentuk, yaitu :
a.       Antara orang-perorangan
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi (socialization), yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota.
b.      Antara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya
Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang  merasakan bahwa tindalan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat, atau apabila suatu partai politik memaksa anggota-anggotanya  untuk menyesuaikan diri dengan ideology dan programnya.
c.       Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya
Contohnya adalah dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik yang kegita di dalam pemilihan umum. Atau apabila dua buah perusahaan bangunan mengadakan suatu kontrak untuk membuat jalan raya, jembatan, dan lain-lain di suatu wilayah yang baru dibuka.
Perlu diketahui bahwa terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial dapat bersifat positif  atau negatif. Kontak sosial bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan, atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu aksi sosial.
Sebuah kontak dapat pula bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, seperti misalnya apabila orang-orang berjabat tangan, saling senyum, dan lain-lain. Sebaliknya , kontak yang sekunder memerlukan suatu perantara. Misalnya A berkata kepada B bahwa C mengagumi permainannya sebagai  pemegang peranan utama salah satu sandiwara. A sama sekali tidak bertemu dengan C, tetapi telah terjadi kontak antara mereka karena masing-masing memberi tanggapan walaupun melalui perantaraan B. suatu kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung. Hubungan-hubungan yang sekunder tersebut dapat dilakukan melaui alat-alat misalnya telepon, telegraf, radio dan lain-lain.

2.      Adanya komunikasi
Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.
Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan-peerasaan suatu kelompok manusia atau orang-perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang ingin dilakukannya. Dalam komuniksasi kemungkinan sekali terjadi pelbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum, misalnya dapat ditafsirkan sebagai keramah-tamahan, sikap  bersahabat bahkan sebagai sikap sinis dan sikap ingin menunjukkan kemenangan. Selarik lirikan misalnya dapat ditafsirkan sebagai tanda bahwa orang yang bersangkutan sedang marah.

C.    Faktor Dasar Pembentuk Interaksi Sosial
Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor imitasi, sugesti, simpati, motivasi, identifikasi dan empati.
a.       Imitasi
Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan alat indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan melakukan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik. Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain.
b.      Sugesti
Rangsangan, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional.
c.       Simpati
Ketertarikan kepada orang lain sehingga mampu merasakan perasaan orang lain.
d.      Motivasi
Rangsangan pengaruh, stimulus yang diberikan antar masyarakat sehingga orang yang dibelikan motivasi akan menuruti atau melasksanakan apa yang di motivasikan dengan berpikir kritis dan penuh tanggung jawab.
e.       Identifikasi
Pemberian tanda-tanda pada golongan barang-barang atau sesuatu. Hal ini perlu oleh karena tugas identifikasi adalah membedakan komponen-komponen yang satu dengan yang lainnya sehingga tidak membingungkan.
f.       Empati
Hampir mirip dengan simpati , namun tidak semata-mata pada kejiwaan, melainkan dibarengi dengan perasaan organisme tubuh secara intens.

D.    Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
1.      Proses-proses yang asosiatif
a.       Kerja sama (cooperation)
Kerja sama disini di maksudkan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak masa kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga atau kelompok-kelompok kekerabatan. Atas dasar itu, anak tersebut akan menggambarkan bermacam-macam pola kerja sama setelah dia menjadi dewasa. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut akan memepunyai manfaat dikemudian hari bagi semua.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya yng mengancam atau tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang tradisional atau institusional telah tertanam di dalam kelompk, dalam diri seorang atau segolongan orang.
Fungsi kerja sama yang digambarkan oleh Charles H. Cooley adalah kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.
Dalam teori-teori sosiologi kerja sama dibedakan lagi menjadi :
1)      Kerja sama spontan (spontaneous cooperation)
Kerja sama spontan adalah kerja sama yang serta-merta
2)      Kerja sama langsung (directed  cooperation)
Kerja sama langsung adalah hasil dari perintah atasan atau penguasa
3)      Kerja sama kontrak (contractual cooperation)
Keja sama kontrak merupakan kerja sama dasar dasar tertentu
4)      Kerja sama tradisional (traditional cooperation)
Kerja sama tradisional merupakan bentuk kerja sama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial
Ada 5 bentuk kerja sama, yaitu :
1)      Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong
2)      Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.
3)      Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
4)      Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai  tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif.
5)      Joint venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubaram perfilman, perhotelan dan seterusnya.

b.      Akomodasi
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk suatu keadaan berarti adanya suatu keseimbangan (equibilirum) dalam interksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi yang dipergunakan oleh ahli-ahli biolog untuk menunjuk pada suatu proses dimana makhluk_makhluk hidup menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya. Dengan pengertian tersebut dimaksudkan sebagai proses dimana orang-peroangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengtasi ketegangan-ketegangan.
Bebrapa tujuan akomodasi yaitu :
1). Untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham. Akomodasi disini bertujuan untuk menghasilkan sintesa antara kedua pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola baru
2).   Mencegah meledaknya suatu pertentangaan untuk sementara waktu atau secara temporer
3)    Untuk memungkinakan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial dan psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem kasta
4)    Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya lewat perkawinan campuran atau asimilasi dalam arti luas.

Akomodasi sebagai suatu proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu :
1)      Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, dimana salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaanya dapat dilakukan secara fisik (yaitu langsung) maupun secara psikologis (yaitu secara tidak langsung).
2)      Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi  di mana pihak-pihakyang terlibat saling mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3)      Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri, yaitu dengan menggunakan pihak ketiga untuk menyelesaikan masalah.
4)      Mediation, menggunakan pihak ketiga sebagai penasihat untuk memecahkah masalah.
5)      Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
6)      Toleration, merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya.
7)      Stalemate, merupakan suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
8)      Adjudication, yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.

Hasil-hasil akomodasi
1)      Akomodasi dan integrasi masyarakat
2)      Menekan oposisi
3)      Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda
4)      Perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan yang berubah
5)      Perubahan-perubahan dalam kedudukan
6)      Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi
Asimilasi (assimilation)
Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.

2.      Proses-proses yang disosiatif
a.       Persaingan
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Bentuk-bentuk persaingan:
1)      Persaingan ekonomi
2)      Persaingan kebudayaan
3)      Persaingan untuk mencapai suatu kedudukan dan peranan yang tertentu dalam masyarakat
4)      Persaingan karena perbedaan ras
Fungsi-fungsi persaingan
1)      Untuk meyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat kompetitif
2)      Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian tersalurkan dengan sebaik-baiknya
3)      Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan seleksi sosial
4)      Sebagai alat untuk menyaring warga golongan-golongan karya untuk mengadakan pembagian kerja

Hasil-hasil persaingan
1)      Perubahan kepribadian seseorang
2)      Kemajuan
3)      Solidaritas kelompok
4)      Disorganisasi

b.      Kontravensi
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian.. kontraversi merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Tipe-tipe kontraversi:
1)      Kontravensi antar masyarakat setempat
2)      Antagonisme keagamaan
3)      Kontravensi intelektual
4)      Oposisi moral

Bentuk-bentuk kontravensi
1)      Perbuatan penolakan, perlawanan dan lain-lain
2)      Menyangkut pernyataan orang lain dimuka umum
3)      Melakukan penghasutan
4)      Berkhianat
5)      Mengejutkan lawan dan lain-lain
c.       Pertentangan (pertikaian atau conflict)
Pertentangan atau pertikaian merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Sebab-sebab dari pertentangan antara lain :
1)      Perbedaan antara individu-individu
2)      Perbedaan kebudayaan
3)      Perbedaan kepentingan perubahan sosial
Walaupun pertentangan merupakan suatu proses disosiatif yang agak tajam, pertentangan sebagai salah satu bentuk proses sosial juga mempunyai fungsi positif bagi masyarakat. Pertentangan di dalam bentuk lunak dan dapat dikendalikan biasanya digunakan dengan sengaja di dalam seminar atau diskusi-diskusi ilmiah. Beberapa bentuk khusus tentang pertentangan yaitu :
1)      Pertentangan pribadi
2)      Pertentangan rasial
3)      Pertentangan antara kelas-kelas sosial
4)      Pertentangan politik
5)      Pertentangan yang berifat internasional

Akibat-akibat adanya pertentangan adalah
1)      Tambahnya solidaritas in-group
2)      Goyah dan retaknya suatu persatuan apabila pertentangan terjadi antara golongan
3)      Perubahan kepribadian para individu
4)      Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia
5)      Akomodasi, dominasi dan takluknya salah satu pihak
Kesimpulan
Bahwasanya manusia itu adalah makhluk sosial yang mana hidupnya tidak akan lepas dari interaksi dan norma, kerena dimana ia tinggal disitu ada nda norma yang harus di patuhi olehnya. Begitu juga interaksi ia harus berinteraksi dengan baik kepada tetangga dan saudara-saudaranya agar terhindar dari konflik atau masalah.

Dalam berinteraksi kita sangat butuh dengan norma kesopanan, yang artinya aturan tingkah laku yang berlaku di masyarakat. Seperti cara berpakaian dan bersikap adalah beberapa contoh dari norma kesopanan. Dengan norma kesopanan ini kita dapat mengatur diri kita kepada sesama, kepada orang tua, maupun kepada adik.

0 comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentar anda...