Morfologi : ilmu yang
mempelajari struktur luar dan fungsi organ suatu mahluk hidup.
Taksonomi Unggas
Kingdom
: Animalium (Kelompok
kerajaan binatang)
Phylum
: Chordata ( Binatang yang memilki chorda dorsalis dibagian
dorsal tubuhnya)
Class
: Aves (Burung burung yang ditandai dengan adanya bulu pada
tubuh).
Berdasarkan persamaan dan
perbedaan ciri morfologi.
Coba kalian amati ayam dan bebek
yang berada di lingkungan sekitar kalian, keduanya dikelompokkan dalam unggas
karena adanya persamaan ciri morfologi Tetapi keduanya juga memiliki perbedaan.
ITIK
Klasifikasi (penggolongan) itik,
menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
1) Itik petelur
seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV 2000-INA;
2) Itik
pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga;
3) Itik
ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call),
Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood.
Jenis bibit unggul yang diternakkan,
khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur seperti itik tegal, itik khaki
campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA dan itik-itik
petelur unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian Ternak)
Ciawi, Bogor.
Pemilihan bibit ada 3 ( tiga)
cara untuk memperoleh bibit itik yang baik adalah sebagai berikut :
a. membeli telur tetas dari
induk itik yang dijamin keunggulannya
b. memelihara induk itik
yaitu pejantan + betina itik unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian
meletakannya pada mentok, ayam atau mesin tetas
c. membeli DOD (Day Old
Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal mutunya maupun yang telah mendapat
rekomendasi dari dinas peternakan setempat.Ciri DOD yang baik adalah tidak
cacat (tidak sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap.
Itik-itik jinak yang ada sekarang merupakan keturunan dari itik liar
berasal dari specis Anas plathyrococus.yang juga dikenal sebagai belibis. Dalam
keadaan liar itik – itik tersebut bersifat monogamusdan suka bersifat mengeram.
Namun setelah mengalami perjinakan itik-itik tersebut bersifat polygamous dan
tidak mengeram.
a. Peran Benih/Bibit
Bibit ternak itik berupa Day Old Duck (DOD) sedangkan benih itik lokal
berupa telur tetas (hatching egg/HE). DOD maupun telur tetas itik yang
diproduksi di dalamnegeri sangat berperan dalam memenuhi ketersediaan
bibit/benih itik secara nasional. DOD ternak itik banyak yang dihasilkan
melalui penetasan tradisional atau mesin tetas. Ketersediaan telur tetas
itik cukup memadai, mengingat sebagian besar itik dipelihara dengan sistim
umbaran menggunakan itik pejantan dalam sekelompok itik induk (dewasa
betina), relatif terbatas itik yang dipelihara sistim baterai untuk khusus
produksi telur konsumsi. Ketersediaan telur tetas maupun DOD ini memiliki
peran yang tinggi dalam peningkatan populasi itik maupun penyediaan daging dan
telur itik bagi konsumen.
b. Status Ketersediaan Bibit Itik
Alur ketersediaan bibit itik menggambarkan pola ketersediaan bibit itik
terutama berasal dari perhitungan populasi itik di Indonesia. Dari alur
tersebut terlihat masihterdapat kekurangan bibit itik yang cukup tinggi. Pada
tahun 2008, populasi itik lokal sebanyak 49 juta ekor, dari jumlah tersebut
akan dihasilkan DOD sebanyak 20 juta ekor. Kebutuhan DOD untuk pemenuhan
daging dan telur sebanyak 44 juta ekor, sehingga terdapat kekurangan bibit itik
sebanyak 24 juta ekor. Kekurangan bibit tersebut terutama untuk pemenuhan
kebutuhan telur konsumsi. Ketersediaan bibit itik lokal diprediksi masih
mengalami kekurangan sebesar 7,3 juta ekor pada tahun 2009 dan hanya 0,9
juta ekor pada tahun 2010.
Kekurangan bibit tersebut terjadi bila pemerintah hanya mengandalkan
populasi dan tidak melakukan upaya – upaya untuk mendorong peningkatan
penyediaan bibit itik secara nasional. Namun bila pengaturan pola
pemeliharaan dan perbibitan itik dilakukan maka kekurangan bibit dapat
diminimalisir sehingga pada tahun 2010 tidak terjadi kekurangan bibit karena
adanya pertumbuhan populasi yang semakin membaik. Alur ketersediaan bibit
itik pada tahun 2008 hingga 2010 terdapat pada Gambar 19 s/d 21 yang
menjelaskan bagaimana pemenuhan akan kebutuhan daging dan telur itik dalam
kurun waktu 3 tahun beserta kekurangan bibit itik (DOD) di dalam negeri.
Bilamana kebutuhan DOD untuk mensuplai kekurangan daging dan telur tidak
terpenuhi, maka akan mengakibatkan pemenuhan kebutuhan daging dan telur itik
yang kurang atau pertumbuhan populasi yang tidak sesuai target. Ternak itik ini
di Indonesia banyak di budidayakan di beberapa kabupaten di Kalimantan Selatan,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur dan Bali.
AYAM
Ayam peliharaan (Gallus gallus
domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk
dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan (selanjutnya
disingkat "ayam" saja) merupakan keturunan langsung dari salah satu
subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus
gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl). Kawin silang antarras
ayam telah menghasilkan ratusan galur unggul atau galur murni dengan
bermacam-macam fungsi; yang paling umum adalah ayam potong (untuk dipotong) dan
ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam biasa dapat pula dikawin silang
dengan kerabat dekatnya, ayam hutan hijau, yang menghasilkan hibrida
mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam bekisar.
Dengan populasi lebih dari 24 milyar pada tahun 2003, Firefly's
BirdEncyclopaedia menyatakan ada lebih banyak ayam di dunia ini
daripada burung lainnya. Ayam menyediakan dua keperluan pokok diet manusia
sebagai sumber protein: daging ayam dan telur.
Ayam dipercaya para ahli berasal
dari domestikasi ayam hutan merah (ayam bangkiwa, Gallus
gallus) yang hidup di India. Namun demikian, pengujian molekular
menunjukkan kemungkinan sumbangan plasma nutfah dari G. sonneratii,
karena ayam hutan merah tidak memiliki sifat kulit warna kuning yang menjadi
salah satu ciri ayam peliharaan.
Ayam menunjukkan perbedaan
morfologi di antara kedua tipe kelamin (dimorfisme seksual). Ayam
jantan (jago, rooster) lebih atraktif, berukuran lebih
besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan buluekornya
panjang menjuntai. Ayam betina (babon, hen) relatif kecil,
berukuran kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan
bulu ekor pendek.
Sebagai hewan peliharaan, ayam mampu mengikuti ke mana manusia membawanya.
Hewan ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di sembarang tempat,
asalkan tersedia makanan baginya. Karena kebanyakan ayam peliharaan sudah
kehilangan kemampuan terbang yang baik, mereka lebih banyak menghabiskan waktu
di tanah atau kadang-kadang di pohon.
Ayam berukuran kecil
kadang-kadang dimangsa oleh unggas pemangsa, seperti elang.
Karena ayam termasuk unggas peliharaan populer dan murah, muncul berbagai
istilah teknis akibat kegiatan penangkaran dan peternakan ayam.
Berdasarkan fungsi
Menurut fungsinya, orang mengenal
·
ayam pedaging atau ayam
potong (broiler), untuk dimanfaatkan dagingnya;
·
ayam petelur (layer),
untuk dimanfaatkan telurnya;
·
ayam hias atau ayam
klangenan (pet), untuk dilepas di kebun/taman atau dipelihara dalam
kurungan karena kecantikan penampilan atau suaranya (misalnya ayam katai dan ayam
pelung; ayam bekisar dapat pula digolongkan ke sini meskipun bukan ayam
peliharaan sejati);
·
ayam aduan, untuk dijadikan
permainan adu ayam.
Istilah ayam sayur dipakai untuk ayam kampung atau ayam
aduan yang selalu kalah, dan tidak diseleksi khusus sebagai ayam pedaging.
Berdasarkan ras
Terdapat sejumlah ras lokal ayam akibat kegiatan domestikasi dan
seleksi untuksifat/penampilan tertentu, seperti
·
ayam pelung, ras lokal dan unggul
dari Priangan (Kabupaten Cianjur) yang memiliki kokokan yang khas (panjang dan
bernada unik), termasuk ayam hias;
·
ayam Kedu cemani, ras lokal dan
mulia dari daerah Kedu dengan ciri khas warna hitam legam hingga moncong dan
dagingnya, termasuk ayam pedaging dan ayam hias;
·
ayam Nunukan, ras lokal dan mulia
dari Nunukan, Kaltim, dengan bentuk badan tegap dan ukuran besar, keturunan
ayam aduan, termasuk ayam pedaging dan hias;
Terdapat pula beberapa istilah untuk menyebut penampilan fenotipe tertentu,
namun sifat itu tidak masuk dalam ras tertentu, seperti
·
ayam walik, ayam dengan bulu yang tidak menutupi badan tetapi tegak berdiri;
·
ayam Bali, ayam dengan leher tidak berbulu dan jambul di kepalanya, sekarang mulai
dibiakmurnikan.Ayam "bantam", suatu ras murnisetengah katai
hasil seleksi
·
ayam katai, istilah umum untuk ayam dengan ukuran kecil (proporsi panjang kaki dengan
ukuran badan lebih kecil daripada ayam "normal"), terdapat berbagai
ras lokal dan ras murni seleksi yang masuk kategori ini
Dengan adanya kasus flu burung yang telah menyebar hampir di seluruh
propinsi di Indonesia dan menyebabkan kematian pada manusia, saat ini
pemerintah khususnya Deptan berusaha untuk membenahi peternakan unggas sektor
IV khususnya ayam lokal. Bila dilihat sisi positifnya, adanya kasus flu burung
tersebut menjadikan era bangkitnya peternakan unggas rakyat dari yang semula
dipelihara backyard farming/berkeliaran di sekitar rumah penduduk menjadi
peternakan unggas intensif berbasis agribisnis.
Oleh karena itu dalam rangka menunjang program pemerintah untuk memperbaiki
peternakan rakyat sektor IV diperlukan bibit ayam lokal berkualitas dan tahan
terhadap penyakit flu burung. Saat ini sudah saatnya melirik ayam lokal untuk
diindustrikan dan mengurangi ketergantungan bibit GPS dan PS yang selalu impor
dari luar negeri. Namun untuk menyediakan bibit ayam lokal berkualitas dalam
jumlah banyak dan kontinu di Indonesia belum siap.
Permasalahan yang ada sampai saat ini sangat sulit untuk memperoleh bibit
ayam lokal berkualitas dan sangat sedikit sekali pengusaha atau kelompok
peternak yang bergerak dalam usaha pembibitan ayam lokal. Pembibitan ayam lokal
yang ada saat ini salah satunya adalah di BPTU (Balai Pembibitan Ternak Unggul)
Sapi Dwiguna dan ayam lokal-Sembawa, Palembang milik Pemerintah merupakan
institusi yang sangat layak untuk dijadikan pusat pembibitan ayam lokal.
Kapasitas tampung ternak ayam dewasa mencapai 14.000 ekor dan disertai
dengan kepemilikan CLOSE HOUSE yang sangat modern, namun saat ini hanya
tersedia sekitar 7000-8000 ekor induk ayam yang sebagian besar adalah ayam
Arab, sehingga masih memungkinkan untuk memperbanyak populasi ayam lainnya.
Ayam buras atau ayam kampong merupakan ternak unggas yang
paling banyak dipelihara dipedesaan.
Keberadaan ayam buras sebagai penghasil telor dan
daging serta pendapatankeluarga,memiliki fungsi strategis dalam pemenuhan pangan
dan gizi masyarakat petani.
Memelihara ayam buras sebenarnya tidak terlalu sulit , sebab tidak memerlukan teknologi rumit. Untuk mengembangbiakan ayam buras hanya membutuhkan ketekunan
dankesungguhan dalammemelihara yaitu dengan penerapan Pasca usaha Peternakan yaitu pakan, pengendalian penyakit
dan tatalaksana serta pengolahan /perkembangbiakan. Ayam buras memiliki peluang tinggi,sangat mudah dipasarkan dengan harga yang cukup tinggi. Oleh karena itu,ayam harus dikelola dengan prinsip usaha tani yang baik dan memberikan keuntungan yang sangat memadai bagi petaniternak.
1.Pemilihan Bibit Ayam Buras
Bibit ayam buras yang baik menentukan percepatan
perkembangabiakan dan keuntungan usaha tani ayam
buras.
a. Pemilikan anak ayam(doc) calon bibit
- Tidak cacat kaki,paruh normal,mata jernih,terang dan
bulat
- Pergerakan lincah dan sehat , kaki kuat serta berdiri tegak
- Buluh halus dan mengkilat
b. Tanda Betina yang baik
- Kepala halus,mata jernih,terang,paruh pendek dan kuat.
- Jengger dan pial halus serta tidak keriput
- Badan cukup besar dan perut luas
- Jarak tulang dada dengan tulang belakang + 4 jari orang
dewasa.
c. Tanda Pejantan yang Baik
- Badan kuat dan agak panjang
- Sayap kuat dengan buluh-buluh teratur rapi.
- Paruh bersih, mata jernih
- kaki dan kuku bersih ,sisik –sisiknya teratur .
- Terdapat taji dengan bentuk runcing/bulat seperti agung.
Bibit ayam buras yang baik menentukan percepatan
perkembangabiakan dan keuntungan usaha tani ayam
buras.
a. Pemilikan anak ayam(doc) calon bibit
- Tidak cacat kaki,paruh normal,mata jernih,terang dan
bulat
- Pergerakan lincah dan sehat , kaki kuat serta berdiri tegak
- Buluh halus dan mengkilat
b. Tanda Betina yang baik
- Kepala halus,mata jernih,terang,paruh pendek dan kuat.
- Jengger dan pial halus serta tidak keriput
- Badan cukup besar dan perut luas
- Jarak tulang dada dengan tulang belakang + 4 jari orang
dewasa.
c. Tanda Pejantan yang Baik
- Badan kuat dan agak panjang
- Sayap kuat dengan buluh-buluh teratur rapi.
- Paruh bersih, mata jernih
- kaki dan kuku bersih ,sisik –sisiknya teratur .
- Terdapat taji dengan bentuk runcing/bulat seperti agung.
AYAM RAS PEDAGING
a. Peran Benih/Bibit
Bibit/benih ayam ras pedaging berupa DOC/HE yang diproduksi dari dalam
negeri maupun impor sangat berperan dalam memenuhi ketersediaan bibit/benih
ayam ras pedaging secara nasional. Strain GPS ayam ras pedaging (Broiler)
impor adalah strain Cobb, Ross 308, Ross Avia gen, Lohman meat, Hybro PG/PN,
Hubbard. Ayam Broiler PS hanya sebagian yang impor, terutama bila
diperhitungkan konsumsi ayam Broiler di dalam negeri kekurangan. Ayam Broiler
FS tidak ada impor, tetapi diproduksi di dalam negeri. Tersedianya bibit
ayam ras pedaging yang terprogram dengan baik, akan dapat membantu menciptakan
kestabilan supply dan demand ayam ras pedaging, sehingga permintaan daging
ayam Broiler dapat terpenuhi dengan harga terjangkau dan relatif stabil.
Peranan pemerintah dalam hal
ketersediaan bibit/benih ayam Broiler adalah sebagai regulator dan fasilitator
bagi industri perbibitan ayam ras, yaitu berperan untuk
(1) terciptanya persaingan yang
sehat diantara perusahaan pembibitan di pasar dalam negeri; (2) pengembangan
sistem pelaporan (produksi, distribusi dan
penyakit) serta (3) menjamin
transparansi dalam hal informasi produksi DOC (GPS/PS/FS) dan kondisi pasar
(permintaan, produksi, dan harga).
b. Ketersediaan Bibit Ayam Ras
Pedaging
Sampai akhir tahun 2007, jumlah DOC GPS sebanyak 521 ribu ekor dan DOC PS
sebanyak 25,5 juta ekor. Dari jumlah DOC GPS dan PS tersebut di atas, maka akan
dihasilkan DOC FS sebanyak 1.305.801.200 ekor. Kebutuhan DOC FS tahun 2008
adalah sebanyak 1.215.651.614 ekor, sehingga terdapat kelebihan bibit ayam
ras pedaging (DOC) sebanyak 90.149.586 ekor, Untuk tahun 2009 dan tahun 2010
ketersediaan bibit ayam ras pedaging belum dapat dihitung karena data rencana
impor DOC/HE (GPS/PS) untuk tahun 2008 yang dilakukan oleh industri perbibitan
belum sepenuhnya terealisasi.
Perhitungan ketersediaan
bibit/benih tahun 2008 dihitung dari jumlah realisasi impor DOC/HE GPS dengan
menggunakan parameter produksi untuk menghasilkan DOC PS dan FS. Parameter
yang digunakan dalam menghitung ketersediaan bibit ayam ras pedaging merupakan
parameter teknis yang sudah disesuaikan dengan petunjuk teknis (manual
guide) dari masing-masing galur/strain GPS/PS yang digunakan oleh masing-masing
perusahaan pembibit. Kelebihan bibit ayam ras pedaging tahun 2008 tidak
banyak mempengaruhi ketersediaan bibit ayam ras pedaging.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
ketersediaan bibit PS/FS ditingkat perusahaan pembibit, antara lain:
(1) adanya
penyakit unggas menular yang dapat menyebabkan deplesi/penyusutan ayam
induk siap bertelur dan jumlah DOC yang terjual (saleable chick) per ayam
induk;
(2) kegagalan
selama pemeliharaan, yaitu puncak produksi tidak tercapai dan adanya
gangguan fertilitas (khususnya pejantan dengan umur lebih dari 40 minggu) serta
masalah selama penetasan;
(3) adanya kepentingan
bisnis antara lain : penjualan DOC PS tidak sesuai utility saleable chick per
ayam induk GPS (sekitar 60 - 90%), penundaan/pengurangan setting HE.
AYAM RAS PETELUR
a. Peran Benih/Bibit
Bibit/benih ayam ras petelur berupa DOC/HE (GPS/PS/FS) yang diproduksi dari
dalam negeri maupun impor sangat berperan dalam memenuhi ketersediaan bibit/benih
ayam ras petelur secara nasional. Permintaan/kebutuhan telur di Indonesia
terutama dipenuhi dari telur ayam ras. Oleh karena itu, dengan tersedianya bibit
ayam ras petelur, maka pasokan telur dari ayam ras akan terkendali sehingga
dapat diperoleh telur dengan harga terjangkau dan relatif stabil.
Hingga kini GPS ayam petelur masih impor dari luar negeri. Strain GPS ayam
petelur (Layer) dari luar negeri adalah strain Hy Line, Isa Brown/Neo Brown,
Hisex.Sementara ini, strain ayam di dunia masih terbatas jumlahnya dan masih
impor. Namun untuk ayam sebar (FS) untuk produksi telur yang dipelihara oleh
peternak
telah dihasilkan oleh perusahaan
pembibit dari dalam negeri.
b. Ketersediaan Bibit Ayam Ras
Pedaging
Pada tahun 2008 terjadi kekurangan DOC FS ayam ras petelur sebanyak 2,9
juta ekor. Hal ini terjadi karena ketersediaan DOC FS yaitu hanya 69,8 juta
ekor,sedangkan kebutuhan mencapai 72,7 juta ekor. Kekurangan bibit ayam ras
petelur tahun 2008 tidak akan berdampak pada realisasi permintaan di tingkat
peternak, hal ini disebabkan karena (1) adanya fluktuasi harga telur di
tingkat pasar, sehingga akan mempengaruhi realisasi replacement (chick in)
berikutnya; (2) waktu afkir bibit induk ayam ras petelur diperlambat; (3)
belum adanya data tentang kebutuhan (demand) bibit pada tingkat peternakan
komersial; dan (4) biaya produksi yang tinggi akibat harga pakan yang
terus meningkat tanpa diimbangi harga jual telur akan mengurangi produksi di
tingkat budidaya. Kekurangan ketersediaan bibit ayam petelur juga
diakibatkan karena beberapa perusahaan pembibitan ayam ras petelur (GPS) yang
menghentikan kegiatan usahanya. Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat
mengembangkan pembentukan GPS dalam negeri. Perhitungan ketersediaan
bibit/benih tahun 2008 dihitung dari jumlah realisasi impor DOC/HE GPS dengan
menggunakan parameter produksi untuk menghasilkanDOC PS dan FS. Parameter yang
digunakan dalam menghitung ketersediaan bibit ayam ras petelur menggunakan
parameter teknis yang sudah disesuaikan dengan petunjuk teknis (manual
guide) dari masing-masing galur/strain GPS/PS yang digunakan oleh masing-masing
perusahaan pembibit. Untuk tahun 2009 dan tahun 2010 ketersediaan bibit
ayam ras petelur belum dapat dihitung karena data rencana impor DOC/HE (GPS/PS)
untuk tahun 2008 yang dilakukan oleh industri perbibitan belum sepenuhnya
terealisasi.
Alur ketersediaan bibit ayam ras
petelur tahun 2008 terdapat pada Gambar 26. Pemenuhan kebutuhan telur ayam ras
dipenuhi melalui impor GPS dan PS ayam petelur oleh industri perbibitan
swasta
Ayam Merawang
”Ketersediaan ayam lokal spesifik
khas Pulau Bangka-Belitung yaitu ayam Merawang penghasil telur dan daging di
BPTU Sembawa tersedia, namun dalam jumlah yang terbatas yaitu hanya sekitar
200-300 ekor induk ayam. Salah satu ayam lokal potensial untuk dikembangkan
yaitu ayam Merawang.
Dari segi fenotipenya ayam
Merawang telah memiliki warna bulu seragam yaitu merah buff, dengan pola bulu
kolumbian hampir menyerupai ayam lokal yang telah diindustrikan di China yaitu
ayam lignan dan ayam lokal yang telah diindustrikan di Jepang yaitu ayam Hinai.
Saat ini di BPTU belum melakukan seleksi untuk ayam Merawang.
Didasarkan pada ketersediaan
fasilitas yang ada di BPTU dan penguasaan IPTEK mengenai seleksi dan
identifikasi ketahanan penyakit (genetic resistance) terhadap flu burung yang
telah diperoleh (Watanabe, 2003; Sulandari dkk., 2007), maka penelitian seleksi
galur murni ayam Merawang untuk dijadikan tetua (GPS/PS) ayam lokal tahan
terhadap flu burung sangat dimungkinkan, sehingga BPTU sebagai pusat pembibitan
ternak unggul milik pemerintah benar-banar mempunyai stock ayam lokal bibit
unggul spesifik tahan flu burung yang dapat disebarkan untuk masyarakat luas.
Selain itu manajemen breeding, reproduksi dan pakan ayam Merawang harus sesuai
untuk mendapatkan bibit unggul yang benar-benar optimum
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda...