Betapa nikmatnya saat kita sedang
menikmati berbagai olahan dari nasi.
Mulai dari nasi goreng, nasi kuning, lemang, dan masih banyak beberapa
jenis olahan lainnya. Tapi disini saya tidak ingin menulis tentang olahan dari nasi.
Tapi yang saya ingin tulis adalah seberapa sulitnya membesarkan bibit padi
sampai dengan menjadi nasi seperti yang biasanya kalian nikmati. Betapa
sulitnya petani padi membesarkan benih benih padi mereka.
Mulai pada saat membuat
butiran benih padi menjadi benih padi siap tanam. Mereka harus menyebar benih – benih padi disawah. Kelihatannya mudah tapi itu tidak lah semudah yang kalian pikirkan. Dari awal menyebar para petani sudah berhadapan dengan hewan – hewan ternak seperti bebek dan menthok yang sudah siap memakan benih – benih mereka. Disini petani serba merasa serba salah. Disaat mereka mengusir mentok dengan melempar batu atau benda lain bisa – bisa si hewan ternak itu pun terluka dan tentunya sang pemiliknya akan marah. Jika hewan ternak tersebut hanya diusir pastinya akan menambah tenaga sang petani karena tidak mungkin si petani harus menjaga benih terus menerus.
butiran benih padi menjadi benih padi siap tanam. Mereka harus menyebar benih – benih padi disawah. Kelihatannya mudah tapi itu tidak lah semudah yang kalian pikirkan. Dari awal menyebar para petani sudah berhadapan dengan hewan – hewan ternak seperti bebek dan menthok yang sudah siap memakan benih – benih mereka. Disini petani serba merasa serba salah. Disaat mereka mengusir mentok dengan melempar batu atau benda lain bisa – bisa si hewan ternak itu pun terluka dan tentunya sang pemiliknya akan marah. Jika hewan ternak tersebut hanya diusir pastinya akan menambah tenaga sang petani karena tidak mungkin si petani harus menjaga benih terus menerus.
Masalah pada saat membuat butiran
benih padi menjadi benih padi siap tanam tidak hanya berhenti disitu. Disaat
butiran benih padi sudah mulai muncul tunas – tunas padi, sang petani harus
melawan segerombolan keong yang siap memakan benih padi tersebut. Para petani
harus memunguti keong – keong tersebut karena jika tidak dipunguti bisa bisa
bibit padi tersebut habis dimakan keong. Selain keong juga ada hama tikus yang siap
memporak – porandakan benih – benih padi. Jika diobat takutnya ada hewan ternak
tetangga yang memakan obat tersebut dan bukannya si tikus yang mati tapi hewan
ternak itu yang mati. Pada saat ini si petani sudah harus memberi pupuk agar
benih padi tersebut bisa subur. Tentunya bukan biaya yang sedikit bukan?
Pada saat benih sudah siap
ditanam diperlukan tenga untuk mengangkut benih benih tersebut menuju petak –
petak sawah milik petani. Terkadang benih tersebut harus dibawa ke tempat yang
agak jauh. Walaupun jalan jauh jangan
harap akan si petani akan mendapat fasilitas jalan yang enak. Mereka harus
membawa melewati tanggul ( bahasa jawanya galengan ) yang kecil dan sulit untuk
berjalan. Sebelum ditanam petak sawah itu pun harus dibajak terlebih dahulu.
Jika menggunakan cangkul pastinya akan membutuhkan waktu yang lama dan tenaga
yang tidak sedikit. Jika menggunakan mesin atau menggunakan kerbau tentunya
akan menimbulkan biaya tambahan.
Saat benih – benih tersebut
ditanam biasanya membutuhkan tenaga 3 sampai 7 orang untuk menanamnya
tergantung ukuran sawah mereka. Terkadang mereka harus meminta bantuan tetangga
untuk membantu menanam yang juga harus
dibayar. Uang lagi – uang lagi bukan? Dan lagi – lagi si petani harus menghadapi
serangan keong, tikus dan hewan ternak.
Saat menunggu dari bibit menjadi
padi siap panen biasanya diperlukan 2 kali pemupukan. Dan membutuhkan tidak
sedikit pupuk agar tanaman tersebut subur. Selain itu masih ada hama – hama
lain yang cukup berbahaya bagi kesuburan tanaman padi. Biasanya walang sangit,
ulat dan walang yang imbasnya bukan ke tanamannya tapi ke bakal calon buah atau
padinya kelak. Belum lagi masalah air
dan lain sebagainya.
Melihat perjuangan petani yang
begi tu sulit ditambah lagi harga jual padi yang murah. Sekarang pantaskah
menurut kalian dengan perjuangan para petani yang begitu sulitnya ternyata
harga jual beras Cuma 5 – 8 rb per kg. Apakah itu masih manusiawi. Apakah harga
tersebut pantas? Itu terserah bagaimana kalian menilainya. Sekian artikel dari
saya. Terimakasih telah membacanya. Happy blogging
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda...