Sunday 21 April 2013

Dari benih padi menjadi nasi


Betapa nikmatnya saat kita sedang menikmati berbagai olahan dari nasi.  Mulai dari nasi goreng, nasi kuning, lemang, dan masih banyak beberapa jenis olahan lainnya. Tapi disini saya tidak ingin menulis tentang olahan dari nasi. Tapi yang saya ingin tulis adalah seberapa sulitnya membesarkan bibit padi sampai dengan menjadi nasi seperti yang biasanya kalian nikmati. Betapa sulitnya petani padi membesarkan benih benih padi mereka.
Mulai pada saat membuat

butiran benih padi menjadi benih padi siap tanam. Mereka harus menyebar benih – benih padi disawah. Kelihatannya mudah tapi itu tidak lah semudah yang kalian pikirkan. Dari awal menyebar para petani sudah berhadapan dengan hewan – hewan ternak seperti bebek dan menthok yang sudah siap memakan benih – benih mereka. Disini petani serba merasa serba salah. Disaat mereka mengusir mentok dengan melempar batu atau benda lain bisa – bisa si hewan ternak itu pun terluka dan tentunya sang pemiliknya akan marah. Jika hewan ternak tersebut hanya diusir pastinya akan menambah tenaga sang petani karena tidak mungkin si petani harus menjaga benih terus menerus.
Masalah pada saat membuat butiran benih padi menjadi benih padi siap tanam tidak hanya berhenti disitu. Disaat butiran benih padi sudah mulai muncul tunas – tunas padi, sang petani harus melawan segerombolan keong yang siap memakan benih padi tersebut. Para petani harus memunguti keong – keong tersebut karena jika tidak dipunguti bisa bisa bibit padi tersebut habis dimakan keong.  Selain keong juga ada hama tikus yang siap memporak – porandakan benih – benih padi. Jika diobat takutnya ada hewan ternak tetangga yang memakan obat tersebut dan bukannya si tikus yang mati tapi hewan ternak itu yang mati. Pada saat ini si petani sudah harus memberi pupuk agar benih padi tersebut bisa subur. Tentunya bukan biaya yang sedikit bukan?
Pada saat benih sudah siap ditanam diperlukan tenga untuk mengangkut benih benih tersebut menuju petak – petak sawah milik petani. Terkadang benih tersebut harus dibawa ke tempat yang agak jauh.  Walaupun jalan jauh jangan harap akan si petani akan mendapat fasilitas jalan yang enak. Mereka harus membawa melewati tanggul ( bahasa jawanya galengan ) yang kecil dan sulit untuk berjalan. Sebelum ditanam petak sawah itu pun harus dibajak terlebih dahulu. Jika menggunakan cangkul pastinya akan membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang tidak sedikit. Jika menggunakan mesin atau menggunakan kerbau tentunya akan menimbulkan biaya tambahan.
Saat benih – benih tersebut ditanam biasanya membutuhkan tenaga 3 sampai 7 orang untuk menanamnya tergantung ukuran sawah mereka. Terkadang mereka harus meminta bantuan tetangga untuk membantu menanam yang  juga harus dibayar. Uang lagi – uang lagi bukan? Dan lagi – lagi si petani harus menghadapi serangan keong, tikus dan hewan ternak.
Saat menunggu dari bibit menjadi padi siap panen biasanya diperlukan 2 kali pemupukan. Dan membutuhkan tidak sedikit pupuk agar tanaman tersebut subur. Selain itu masih ada hama – hama lain yang cukup berbahaya bagi kesuburan tanaman padi. Biasanya walang sangit, ulat dan walang yang imbasnya bukan ke tanamannya tapi ke bakal calon buah atau padinya kelak.  Belum lagi masalah air dan lain sebagainya.
Saat padi subah mulai muncul sang petani sekali lagi harus siap perang. Lawannya bukan lagi keong tapi burung – burung yang siap menghabiskan padi. Disini adalah salah satu titik terberat para petani. Saat panen petani pun harus membutuhka tenaga yang tidak sedikit pula. Belum lagi padi – padi tersebut harus dibersihkan dan dijemur agak kering. Karena jika padi – padi tersebut tidak kering rasanya pun tidak enak.
Melihat perjuangan petani yang begi tu sulit ditambah lagi harga jual padi yang murah. Sekarang pantaskah menurut kalian dengan perjuangan para petani yang begitu sulitnya ternyata harga jual beras Cuma 5 – 8 rb per kg. Apakah itu masih manusiawi. Apakah harga tersebut pantas? Itu terserah bagaimana kalian menilainya. Sekian artikel dari saya. Terimakasih telah membacanya. Happy blogging


0 comments:

Post a Comment

Tinggalkan komentar anda...