Oleh Jodi Ettenberg
Jika Anda ingin bepergian dengan bus di Indonesia, Anda harus belajar untuk menghindari cabang pohon dan meninabobokan kambing.
Menaiki bermacam-macam moda transportasi adalah cara terbaik mengenali suatu tempat, bahkan mungkin lebih intim dari yang Anda inginkan.
Dari kendaraan rusak sampai dipelototi, tempat duduk sempit, bau-bauan aneh yang memusingkan, sampai hewan ternak, kendaraan umum di Indonesia memberikan pelajaran tersendiri.
Di luar kota besar, konsep reservasi tempat duduk tidak ada artinya. Anda memang terjamin dapat tempat duduk, tapi tiket Anda tidak menjelaskan secara spesifik di bagian mana Anda akan duduk. Bisa jadi Anda terselip di antara kardus dan karung beras serta berbagai hewan ternak.
Kernet bus tetap akan memanjat ke atap untuk meminta tiket Anda meski Anda harus berpegangan saat bus mulai menanjak di jalan mendaki pegunungan.
Batang pohon akan sangat sangat menyakitkan saat mengenai kepala Anda dengan kecepatan 60 kilometer per jam. Apalagi jika ada tujuh orang yang duduk di atap dan batang pohon itu berturutan memukul Anda seperti sebuah komedi slapstik.
Keduakalinya seseorang menitipkan kambingnya di pangkuan saya saat saya duduk di atap, saya berusaha berkenalan dengannya. Tetapi si pemilik kambing malah jatuh tertidur.
Saya kemudian mempelajari hal baru: mengelus kepala si kambing sambil menyanyikan sebuah lagu Perancis akan membantu si kambing untuk tetap tenang.
Cara terbaik untuk membuat orang asing yang duduk di sebelah Anda agar berhenti mengelus paha Anda di tengah malam adalah dengan menyikut tulang iganya. Lakukan dengan keras.
Sebagai turis, Anda tidak diperbolehkan menggunakan toilet di bus malam, meski hanya untuk buang air kecil. Bahkan si kernet akan sangat kaget, seolah tidak percaya, bahwa Anda berani meminta.
Tetapi, kernet yang sama tidak akan protes jika penduduk lokal membersihkan hidungnya di gorden bus.
Dinginnya hembusan udara dari AC akan membuat Anda menggigil. Jika Anda menaiki bus berpendingin, maka Anda seolah-olah berada dalam kulkas.
Sopir atau kernet tidak peduli walau Anda dan banyak penumpang lain sampai hampir membeku. Mereka hanya akan tertawa, seolah-olah mengatakan, "Lho, kamu kan sudah membayar mahal untuk bus yang dingin, ya inilah dia bus mahal yang dingin."
Jika Anda menyanyikan lagu Total Eclipse of the Heart, Don't Stop Believin’ atau Sweet Child o' Mine di Filipina, sambutannya akan sangat baik. Tapi tidak begitu di Indonesia.
Siap-siap saja ditendang dari tempat tidur saat Anda menyanyi, dan dipelototi penumpang lain.
Pada akhirnya, Anda akan 'diarahkan' ke dek luar, tempat Anda bisa bernyanyi sepuasnya.
Ternyata pengemudi perahu bisa tertidur dengan tenang di tengah malam.
Meski dengan begitu, perahu yang kami tumpangi terjebak di jaring ikan milik sebuah kampung kecil. Bangun jam 5 pagi karena adu mulut antara pengemudi perahu Anda dan seluruh penduduk kampung bisa membuat Anda merasa tidak yakin akan sisa perjalanan.
Jika Anda ingin bepergian dengan bus di Indonesia, Anda harus belajar untuk menghindari cabang pohon dan meninabobokan kambing.
Menaiki bermacam-macam moda transportasi adalah cara terbaik mengenali suatu tempat, bahkan mungkin lebih intim dari yang Anda inginkan.
Dari kendaraan rusak sampai dipelototi, tempat duduk sempit, bau-bauan aneh yang memusingkan, sampai hewan ternak, kendaraan umum di Indonesia memberikan pelajaran tersendiri.
1. Tidak ada pemesanan tempat duduk
Di luar kota besar, konsep reservasi tempat duduk tidak ada artinya. Anda memang terjamin dapat tempat duduk, tapi tiket Anda tidak menjelaskan secara spesifik di bagian mana Anda akan duduk. Bisa jadi Anda terselip di antara kardus dan karung beras serta berbagai hewan ternak.
Kernet bus tetap akan memanjat ke atap untuk meminta tiket Anda meski Anda harus berpegangan saat bus mulai menanjak di jalan mendaki pegunungan.
2. Belajar untuk menunduk
Batang pohon akan sangat sangat menyakitkan saat mengenai kepala Anda dengan kecepatan 60 kilometer per jam. Apalagi jika ada tujuh orang yang duduk di atap dan batang pohon itu berturutan memukul Anda seperti sebuah komedi slapstik.
3. Meninabobokan kambing
Keduakalinya seseorang menitipkan kambingnya di pangkuan saya saat saya duduk di atap, saya berusaha berkenalan dengannya. Tetapi si pemilik kambing malah jatuh tertidur.
Saya kemudian mempelajari hal baru: mengelus kepala si kambing sambil menyanyikan sebuah lagu Perancis akan membantu si kambing untuk tetap tenang.
4. Sikut adalah senjata terbaik
Cara terbaik untuk membuat orang asing yang duduk di sebelah Anda agar berhenti mengelus paha Anda di tengah malam adalah dengan menyikut tulang iganya. Lakukan dengan keras.
5. Standar ganda kebersihan
Sebagai turis, Anda tidak diperbolehkan menggunakan toilet di bus malam, meski hanya untuk buang air kecil. Bahkan si kernet akan sangat kaget, seolah tidak percaya, bahwa Anda berani meminta.
Tetapi, kernet yang sama tidak akan protes jika penduduk lokal membersihkan hidungnya di gorden bus.
6. Pendingin udara artinya siap beku
Dinginnya hembusan udara dari AC akan membuat Anda menggigil. Jika Anda menaiki bus berpendingin, maka Anda seolah-olah berada dalam kulkas.
Sopir atau kernet tidak peduli walau Anda dan banyak penumpang lain sampai hampir membeku. Mereka hanya akan tertawa, seolah-olah mengatakan, "Lho, kamu kan sudah membayar mahal untuk bus yang dingin, ya inilah dia bus mahal yang dingin."
7. Siap malu saat sesi karaoke
Jika Anda menyanyikan lagu Total Eclipse of the Heart, Don't Stop Believin’ atau Sweet Child o' Mine di Filipina, sambutannya akan sangat baik. Tapi tidak begitu di Indonesia.
Siap-siap saja ditendang dari tempat tidur saat Anda menyanyi, dan dipelototi penumpang lain.
Pada akhirnya, Anda akan 'diarahkan' ke dek luar, tempat Anda bisa bernyanyi sepuasnya.
8. Pengemudi perahu yang tertidur
Ternyata pengemudi perahu bisa tertidur dengan tenang di tengah malam.
Meski dengan begitu, perahu yang kami tumpangi terjebak di jaring ikan milik sebuah kampung kecil. Bangun jam 5 pagi karena adu mulut antara pengemudi perahu Anda dan seluruh penduduk kampung bisa membuat Anda merasa tidak yakin akan sisa perjalanan.
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar anda...